Page 154 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 154

“Ren, soal Arfan….” Perkataan Ahmad salah satu kerabat
            dari  Arfan  tiba-tiba  terhenti  sejenak,  dia  menundukkan
            kepalanya.

            “Aku mau menunggu Arfan datang dulu. Foto prewednya
            sudah telat, kayaknya harus dijadwal ulang lagi,” kataku.

            “Tapi….” Ahmad mencoba mengatakan sesuatu.

            Aku segera menampiknya.

            “Arfan mungkin kecapekan di jalan, jadi dia istirahat dulu.
            Besok  dia  pasti  datang  dan  foto  prewednya  nanti  bisa
            diatur be….” Perkataanku terhenti tiba-tiba karena sebuah
            tamparan yang melayang di pipiku.

            Rasanya  sakit,  tetapi  aku  bahkan  tidak  merintih,  hanya
            terkejut  sambil  menatap  tangan  yang  menamparku  itu.
            Lela tampak begitu marah di hadapanku.

            “Arfan  sudah  tiada,  Ren.  Dan  kamu  harus  bisa  ikhlas,”
            kata Lela sambil memegangi kedua bahuku.

            Dan entah kenapa aku kembali menjerit dan menangis di
            situ, di hadapan mereka semua.

            “Tidak, Lela. Arfan tidak mati. Dia besok datang dan kami
            akan  cepat-cepat  menikah,  sayangku  Arfan….”  Kataku
            sambil  terisak.  Lela  memelukku  erat,  membiarkan
            kepalaku  bersandar  di  bahunya  dengan  bersimbah  air
            mata.




                                     152
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159