Page 196 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 196
“Jadi…kado saya adalah ‘mati’?” tanya saya.
“Bukan! Konyol sekali pikiranmu, Rico! Hanya karena saya
Azrael sering dianggap malaikat pencabut nyawa, tidak
berarti saya bertemu kamu untuk mencabut nyawa kamu.
Sayangnya, waktu kamu belum tiba,” katanya.
“Jadi?” tanya saya keheranan.
Azrael menggunakan tongkatnya menyentuh kening saya.
Sebuah cahaya kecil kemerahan tampak masuk ke kepala
saya. Rasanya sedikit hangat.
“Itu hadiah pertama kamu,” kata Azrael.
“Apa itu..barusan…?”
“Waktu, Rico. Kado pertama kamu adalah waktu. Saya
berikan kamu kesempatan untuk hidup sedikit lebih lama
lagi di dunia ini,” kata Azrael.
“Tapi saya tidak mengerti, untuk…dan…apa itu artinya
saya seharusnya...mati?”
“Kamu yang dulu selalu berdoa memohon mati di usia
muda, merasa diri kamu tidak berguna, dan merasa hidup
kamu sia-sia. Itu kamu, kan, Rico Ardiwinata?” tanya
Azrael.
“I..i..iya…” jawab saya sambil menundukkan kepala.
194