Page 199 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 199

“Izinkan saya menyampaikan pesan ini, Rico,”

            “Apa itu, Azrael?” tanya saya.


            “Jalani hidupmu sepenuh hati. Buat hidupmu bermakna,
            Rico,”   Azrael   mengucapkan   kalimat   itu   sambil
            mengayunkan  tongkat  saktinya  ke  bawah,  dan  sebuah
            cahaya  biru  membuat  ruangan  itu  menjadi  terang,  saya
            tidak bisa melihat apa-apa selain cahaya yang silau.

            Perlahan cahaya itu meredup dan lenyap. Di sekitar saya
            kembali seperti biasa, lampu tidur kamar saya yang kuning
            redup.  Azrael  hilang  entah  kemana.  Saya  menghela
            napas lega. Saya mengira ini adalah malam terakhir saya
            hidup.

            Tok tok tok!


            Perhatian saya teralihkan ke pintu kamar saya. Tiba-tiba
            pintu itu terbuka lebar dan mereka masuk.

            “Surprise!”   teriak   mereka   sambil   berhamburan
            menghampiri saya di atas ranjang.

            Deli memegang kue ulang tahun yang dihiasi sejumlah lilin
            hias  yang  menyala  terang.  Eko,  Matt,  Hendy,  Warly
            memegang balon beraneka warna. Dini dan Terli meniup
            terompet dari kertas berhiaskan kertas metalik berwarna
            emas  dan  biru.  Ayah  dan  ibu  saya  ada  di  belakang
            mereka, juga Lia dan Agnes, kedua adik saya. Itu adalah
            momen yang tidak terlupakan.



                                     197
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204