Page 262 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 262
Remaja itu ikut mengejar di belakang. Karma
mempercepat langkah kakinya, mengabaikan panggilan
genit dari terapis pijat berseragam yang duduk di depan
gerai mereka, melewati deretan windbreaker yang unik
bergantungan; diterpa angin dan menimbulkan suara
nada bertalu-talu.
Karma lari melewati sebuah monumen besar yang konon
didirikan sebagai peringatan atas tragedi bom yang
sempat memakan korban jiwa di daerah itu. Dilihatnya ke
belakang, masih juga ada si remaja yang menyusulnya.
Kenapa harus lari? Kalimat ini berkecamuk di benak
Karma. Kalau memang kejadian tidak masuk akal ini
adalah nyata, dan remaja itu adalah karakter dari tulisan
yang dia ciptakan, maka dia juga bisa menghapusnya
seketika.
Jadi Karma menghentikan pelariannya, lalu memejamkan
mata dan mencoba memikirkan sesuatu. Toh, orang-
orang pasti hanya akan mengira dia sedang berdoa di
dekat monumen itu. Dan saat dia membuka matanya,
remaja itu berdiri di hadapannya, satu…dua…tiga…
sebuah sepeda motor melaju kencang, entah dari mana,
lantas menabrak remaja itu.
Suara jeritan terdengar, dan orang-orang mulai berkumpul
dan mendekat. Karena terkejut sekaligus penasaran,
Karma memaksa menerobos melewati kerumunan orang
itu dan mencoba melihat langsung. Hanya ada sebuah
sepeda motor tergeletak di atas trotoar jalan, tanpa
pengendara, dan tanpa jejak si remaja! Karma mulai panik
dan memutuskan bergegas balik ke kamar hotelnya.
260