Page 116 - Sejarah Peradaban Maritim_eBook
P. 116
Dampak dari pelayaran sungai di Riau adalah perlu dihanyutkan melalui sungai untuk sampai di
berdirinya pusat-pusat bisnis di tepi sungai. Bisnis masing-masing tanglong.
tersebut adalah penyedian kayu potong baik untuk Mereka yang memiliki hak untuk menebangi
dikirim ke luar negeri maupun untuk diolah
menjadi bangunan. Di sepanjang sungai di Riau kayu di hutan disebut pachter. Sungai Siak
merupakan perairan yang paling banyak dihanyuti
ditemukan rumah-rumah pemotongan kayu yang
disebut tanglong atau panglong. Bisnis ini mulai kayu gelondongan milik para pachter. kayu
gelondongan dari hutan Riau sudah diekspor ke
berkembang pada awal 1930an. Dari pemaparan
Gusti Asnan, pada masa tersebut sudah terdapat Singapura sejak tahun 1930. Penebangan kayu
secara terus menerus mengakibatkan gundulnya
17 tanlong di kawasan sungai. Ini membuktikan
bahwa sungai tidak saja dilayari kapal atau perahu hutan dan keruhnya air sungai. Pencemaran
sungai bertambah parah karena karena tumpukan
tapi juga dihanyuti oleh kayu. kayu yang sudah
ditebang di pedalaman maupun di hulu hanya kayu gelondongan secara masif dalam waktu yang
lama. 222
Foto Lalulintas Perahu Nelayan di Bagansiapiapi awal abad ke 20
Sumber: koleksi kIT Arsip Nasional
Terdapat kegiatan pelayaran yang ramai tahunnya ke Bagansiapiapi. Bahkan pada 1920,
223
pedagang di Riau yaitu pelayaran di perairan sudah ada kapal motor yang singgah. Jumlahnya
Bagansiapiapi. Sebagai bandar ikan yang ramai, sekitar 35 unit dengan muatan mencapai 13.055 m .
3
perairannya dipenuhi dengan kapal uap dan kapal
Pelayaran dari Muara Rokan menuju wilayah
layar. Industri perikanan menarik kedatangan kapal pedalaman juga berlangsung sebagai aktifitas
uap dan kapal layar dalam jumlah ratusan setiap
perdagangan ikan kering dan juga udang. Bahkan
115