Page 126 - Sejarah Peradaban Maritim_eBook
P. 126
agama. khaidir menyatakan bahwa hal tersebut mereka merayakannya dan tidak pula pergi ke
menciptakan kesadaran baru di antara orang gereja. Bisa saja mereka mengaku Islam, namun
Melayu dan orang Laut di Riau terhadap adanya mereka tidak sholat dan tetap makan babi. Pada
garis demarkasi berbasis agama: yaitu Islam dan akhirnya, orang Laut tetap bertahan dengan
bukan Islam, dan identitas budaya lainnya: ‘orang kepercayaannya. Posisi mereka dalam level
kita’ (kita/insiders) dan ‘orang lain’ (mereka/ terendah juga dikarena mereka tidak santun
outsiders). Hal ini juga mempengaruhi interaksi dalam berkomunikasi, tidak berperilaku sesuai
246
sosial kedua kelompok masyarakat terebut. ketentuan adat istiadat Melayu, bahkan tidak
berpenampilan laiknya orang Melayu.
Perbedaan lingkungan dan kebiasaan orang
Melayu dan orang Laut di Riau kepulauan Chou mengungkapkan bahwa orang Laut
menjadi penyebab adanya penafsiran tertentu masih mempraktikkan ilmu gaib dan sihir.
atas beberapa hal yang bahkan cenderung Apalagi yang berkaitan dengan ritual kelautan.
250
merendahkan antara satu dengan lainnya. karena itu mereka tetap dianggap orang Melayu
Perbedaan tersebut bisa jadi dari cara pandang, sebagai kelompok masyarakat yang berbahaya,
keyakinan, kebudayaan, bahasa dan sistem jorok, kotor dan tidak berkembang. Sebenarnya
sosial. Chou menjelaskan bahwa munculnya pandangan seperti itu tidak hanya diberikan
247
sentimen kesukuan bermula dari persepsi yang kepada orang Laut, tetapi juga kepada orang
berbeda tentang tingkat kemurnian orang Rimba dan orang Badui karena kepercayaan
Melayu di Riau kepulauan. kemurnian dalam yang mereka yakini dan pola hidup yang berbeda
diri orang Melayu didasari pada empat hal, yaitu: dengan orang di sekitarnya. Bagi orang Melayu,
agama (Islam), adat, bahasa dan penampilan/ orang Melaut adalah kelompok masyarakat
simbol bendawi. Berdasarkan keempat hal yang hidup nomaden dan tidak bisa mengikuti
248
tersebut, jelas jika orang Laut bukan orang ajaran Islam. Begitu juga dengan orang Laut
Melayu. kemurnian dalam diri orang Melayu yang juga memiliki penilaian terhadap orang
yang juga merupakan perwujudan pandangan Melayu, seperti yang dituliskan Chou dari hasil
para elit Melayu menjadi sebuah pandangan wawancaranya, “the Muslim Malays with equal
tentang siapa dan bagaimana orang Melayu. suspicion as they believe that the Quran contains
orang Laut yang bukan orang Melayu, berada di elements of black magic teachings”. 251
luar pusat kekuasaan/orang pinggiran, sehingga
Pada bulan Mei 2018 yang lalu, Sekretaris
mereka harus tunduk, patuh dan mengacu pada kecamatan Selayar, Sabirin, meminta adanya
apa yang telah digariskan oleh pusat. 249
perhatian khusus dari Pemerintah Daerah
orang Laut memang sudah diakui dan kabupaten Anambas, maupun Pemerintah Pusat
diterima sebagai orang Melayu di Riau terhadap keberadaan orang Suku Laut atau
kepulauan, sebagai orang asli Melayu (indigenous komunitas Adat Terpencil (kAT) Pulau Lipan
Malays). Namun dalam prakteknya, mereka yang berada dalam wilayah kecamatan Selayar.
252
tetaplah dianggap sebagai kelompok masyarakat Seperti berita lainnya, saat ini komunitas Tak
yang berada di tingkatan terendah etnis Melayu. Beragama pelan-pelan sudah menganut salah satu
Wacana itu diterima orang orang Melayu di Riau agama yang ditetapkan oleh negara. Termasuk juga
kepulauan dan Riau Daratan dengan alasan yang komunitas Adat Terpencil, sebutan untuk orang
sama seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Laut di Riau kepulauan. Dalam berita tersebut juga
orang Laut tidak beragama, meskipun saat Natal tertulis bahwa masyarakat sudah mengakui bahwa
125