Page 123 - Sejarah Peradaban Maritim_eBook
P. 123
tersebut terdiri dari Uku Tambus, Suku Galang, tadinya hidup di sampan ke rumah panggung atau
Suku Mantang, Suku Barok dan Suku Mapor. apung di tepi pantai. Pola hidup yang demikian
232
Gabungan dari suku bangsa tersebut disebut juga mengubah cara berinteraksi mereka. Dari
“orang kerehan” yang mengabdi kepada sultan yang tadinya antar-kerabat (interkinsmen) ke
dan bertugas menjaga perairan kesultanan. Mereka antar-komunitas (relasi multietnis). Perubahan
235
juga berperang dan menyediakan komoditas laut tersebut menjadikan orang Laut tidak takut
untuk kesultanan. Hubungan tersebut akhirnya meninggalkan rumah mereka yang juga menjadi
membentuk pandangan bahwa orang Melayu pusat perekonomiannya yaitu sampan. Mereka
adalah kaum aristokrat dan juga pedagang. tidak lagi menjadi kelompok masyarakat “terasing”
Hubungan dagang dengan orang Tionghoa juga karena dinilai kurang mampu beradaptasi dengan
sudah terjalin sejak saat itu sebagai importir lingkungan yang baru (lingkungan berbasis
komoditi laut kerajaan Riau-Lingga. daratan atau tanah).
keberadaan orang Laut di kawasan Memang ada masa ketika mereka “dipaksa”
kepulauan Riau sudah melewati beberapa tahapan. oleh pemerintah untuk menepi ke pantai dan
Mulai dari masa Batin (kepala klan), kesultanan menetap di rumah-rumah panggung di sepanjang
Melaka-Johor dan Riau-Lingga, Pemerintahan pantai di Riau kepulauan. Mereka dianggap
236
Hindia Belanda, Pendudukan Jepang dan NkRI. lamban menanggapi perubahan sehingga status
kaihdir menyatakan bahwa orang Laut juga sosialnnya lebih rendah dibanding kelompok
sudah melewati tiga pola pemerintahan mulai masyarakat lain di satu pemukiman yang sama
dari traditional state yaitu masa Batin sampai dengan orang Laut. keadaan inilah yang
237
masa kesultanan Melaka-Johor dan Riau-Lingga. menyebabkan mereka dikelompokkan sebagai
kemudian, masa colonial state yaitu pemerintahan masyarakat tertinggal.
kolonial Belanda dan Jepang. ketiga, masa nation
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa
state yaitu masa kemerdekaan Indonesia hingga ada perubahan mata pencaharian. Adanya
saat ini. 233
pergeseran pemukiman menjadikan pola mencari
Walaupun Riau kepulauan sudah menjadi ikan mengalami perubahan. Jika tadinya mereka
provinsi sejak tahun 2002, namun sejarah menangkap ikan dengan gayung, tombak atau
kelompok masyarakat tersebut masih terikat bahkan ditangkap tanpa alat bantu, sekarang
dengan Riau Daratan. Sejak tahun 1990, sebagian mereka menggunakan alat pancing. Posisi
besar kelompok masyarakat ini telah beralih mereka bergeser juga menjadi buruh ikan. Hasil
menjadi masyarakat semi-nomadik. Bagi mereka tangkapannya dijual kepada pengepul (tauke) untuk
yang sudah menjadi semi-nomadik, kegiatan mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan
melaut hanya untuk mencari ikan. Selebihnya sehari-hari. Perubahan tersebut menjadikan orang
mereka menetap di rumah-rumah apung (pile- Laut tidak lagi menjadi kelompok masyarakat
dwellings) yang terbuat dari kayu di pesisir pantai yang mandiri tetapi bergantung kepada orang
untuk menjajakan ikan hasil tangkapannya. lain. Sederhananya, mereka begitu bergantung
Presentasi populasi orang Suku Laut di awal 1990- pada besar kecilnya nominal rupiah yang diterima
an hanya 1% dari total penduduk Provinsi Riau. 234 dari tauke. Padahal sebelumnya mereka tidak
menggunakan uang sebagai alat tukar. 238
Bettarini menggambarkan perubahan pola
hidup orang Suku Laut setelah pemerintah Perubahan pola hidup yang terjadi dengan
memberlakukan kebijakan relokasi. Dari yang orang Laut sebenarnya juga dialami oleh
122