Page 61 - Sejarah Peradaban Maritim_eBook
P. 61
Penguasaan langsung pemerintah kolonial kesultanan Jambi yang dipandang sebagai
Belanda terhadap Jambi pada awal abad XX penghalang. Setelah perlawanan Sultan Thaha
beriringan dengan semakin melemahnya dapat dipadamkan pada 1904, akhirnya
kedudukan kesultanan Jambi baik secara kesultanan ini dilikuidasi pada 1907 dan wilayah
politik maupun ekonomi. Monopoli ekonomi Jambi kemudian ditempatkan di bawah residensi
dan kontrol politik yang ketat dari pemerintah Palembang. Namun demikian ternyata produksi
kolonial Belanda di satu pihak, dan semakin minyak di Jambi tidak seperti yang diharapkan.
menguatnya kekuatan ekonomi masyarakat Pada masa produksi puncaknya hanya mencapai
lokal dari berbagai kelompok sosial terutama 14% dari total produksi minyak di koloni
orang Cina, Minangkabau, dan Arab membuat Indonesia. 84
kesultanan semakin terpuruk dan miskin Sayang sekali kesultanan Jambi telah
sebelum dihapuskan Belanda. Hal ini terjadi
karena salah satu sumber kekuatan dan dilikuidasi ketika ekonomi Jambi mulai
berkembang dan sebetulnya membutuhkan asset
kekuasaan politik kesultanan Jambi sejak awal
adalah ekonomi. oleh sebab itu ketika kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh kesultanan Jambi
berupa tanah yang sangat luas. Perkembangan
ekonomi kesultanan Jambi dikebiri oleh
kekuasaan Belanda dan kelompok etnik lain ekonomi ini tidak bersumber dari minyak namun
dari berkembangnya komoditi karet. Jika Deli
maka ambruklah kesultanan ini. 81
terkenal dengan tembakau, maka Jambi terkenal
Ekspansi dan penguasaan langsung oleh dengan karet. Jika minyak bumi merupakan
pemerintah kolonial terhadap Jambi juga terkait sektor padat modal yang dikuasai kapitalisme
dengan semangat imperialisme modern untuk global maka usaha karet di Jambi sebagian besar
menguasai daerah Luar Jawa yang memiliki merupakan usaha karet rakyat yang digerakkan
potensi pertambangan yang sangat kaya. oleh para pedagang Cina. Dengan demikian
82
85
Berbagai ekspedisi ilmu pengetahuan dilakukan pelahyaran dan perdagangan Jambi kembali
sehingga pada paruh kedua abad XIX ditemukan berkembang dengan komoditi utama karet dan
kemungkinan adanya sumber minyak bumi di minyak bumi. Tentu saja komoditi tradisional
wilayah Jambi. keinginan banyak perusahaan seperti lada masih tetap diperdagangkan
83
perminyakan yang akan mengeksploitasi Jambi meskipun pamornya tidak lagi seperti zaman
di satu sisi dan masih adanya sisa-sisa semangat sebelumnya. Sementara itu, pertambangan emas
kesultanan untuk melawan pemerintah kolonial, masih terus berlangsung dan diupayakan secara
terutama di bawah Sultan Thaha di sisi lain, tradisional. 86
telah mendorong pemerintah kolonial segera
60