Page 83 - Sejarah Peradaban Maritim_eBook
P. 83

terus berlanjut hingga zaman Sriwijaya. Selain potensi   Peran Sriwijaya sebagai kerajaan maritim
               dearah hinterland Riau, pulau-pulau di sekitaran selat  semakin terlihat ketika mulai membatasi gerak dari

               malaka dalam masa Sriwijaya juga memiliki peran  para lanun yang sering mengganggu perjalanan
               yang sangat besar.                             para pedagang yang datang Sriwijaya. Pembatasan
                                                              gerak para lanun dilakukan dengan menempatkan
                   Daerah kekuasan Sriwijaya meliputi seluruh   pos-pos penjagaan di daerah pasir panjang pulau
               pulau Sumatera, pulau-pulau kecil di sekitar selat   karimun Riau. Hal ini dirasa efektif dan akhirnya
               Malaka, semenanjung Tanah Melayu, Tanah        bisa menekan para lanun didaerah kepulauan
               Sunda, pulau  kalimantan derah Barat dan Laut   karimun. Pada akhir abad ke-8 Sriwijaya bisa
               Cina Selatan.  Sebagai  negara maritim yang    memonopoli dan menguasai perdagangan di
                           132
               memanfaatkan  aktivitas  perdagangan  melalui   daerah Sumatera dan semenanjung Malaya secara
               jalur laut, Sriwijaya mengembangkan pula sarana   keseluruhan.  keamanan yang terjamin membuat
               penghubung laut berupa kapal. kapal milik Sriwijaya   pusat-pusat perdagangan serta pelabuhan di
               tidak hanya digunakan untuk kepentingan dagang,   daerah selat Malaka menjadi ramai. Di Riau
               namun juga sebagai armada angkatan laut. Hal ini   terdapat sebuah pelabuhan penting dari masa
               sangat wajar bila melihat daerah kekuasaa Sriwijaya   Sriwijaya, yaitu Pelabuhan Muara Takus.
               yang luas dan sebagian besar terdiri dari laut.













































                              Foto Sungai Salak sebagai anak Sungai Inderagiri di Riau tahun 1928
                                               Sumber: koleksi kIT Arsip Nasional





         82
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88