Page 222 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 222
Mubyarto dan Ilmu Ekonomi yang Membumi
mengintegrasikan perilaku penawaran dan permintaan(supply and
demand behaviour) dalam produksi beras. Tanpa analisis simultan
sebagaimana yang diperkenalkan Mubyarto, Thee menyebut bah-
wa perilaku surplus beras yang dipasarkan tidak akan pernah
bisa dijelaskan atau dipahami dengan baik. 7
Hingga waktu itu (sebenarnya hingga saat ini masalah terse-
but tidak pernah benar-benar diselesaikan), kebijakan harga beras
di Indonesia memang selalu berorientasi kepada konsumen, dima-
na tujuan akhirnya adalah untuk menjamin tersedianya beras da-
lam jumlah yang cukup pada tingkat harga yang murah. Ini bisa
dilihat dari model-model kebijakan perberasan yang dipilih oleh
pemerintah, baik itu pemerintahan kolonial Belanda dulu maupun
pemerintahan Republik. Secara garis besar, menurut Mubyarto,
hingga 1969 kebijakan harga beras di Indonesia bisa dibedakan
menjadi tiga periode, yaitu (1) masa kebijakan pangan murah
(the cheap food policy), yaitu terhitung sejak masa kolonialisme
Belanda hingga kira-kira 1959; (2) kebijakan “upah natura” (the
food wage policy), yaitu selama periode inflasi dari 1959-1966; dan
(3) kebijakan tekan-inflasi (the “kill-inflation” policy) dari 1966
8
hingga 1969. Ketiga bentuk kebijakan itu pada dasarnya sama-
sama menitikberatkan pemihakan pada konsumen dan itu adalah
sesuatu yang bermasalah. Bagi Mubyarto, masalah pokok perbe-
rasan Indonesia tidak terletak pada bagaimana caranya “menu-
runkan harga beras”, melainkan pada bagaimana “menyediakan
7 Thee Kian Wie, “Economics”, dalam Koentjaraningrat (ed.), The Social
Sciences in Indonesia, Vol. II (Jakarta: Indonesian Institute of Sciences/LIPI,
1979), hal. 269-70.
8 Mubyarto, “Harga Beras dan Policy Produksi di Indonesia”, dalam Jurnal
Agroekonomika, No. 1/Th. I, Januari 1970, hal. 113.
203