Page 224 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 224
Mubyarto dan Ilmu Ekonomi yang Membumi
Jika disimak, model argumentasi yang dibangun oleh
Mubyarto ini senafas dengan pikiran Mohammad Hatta mengenai
kaitan antara harga beras dengan politik kemakmuran. Dalam
10
pandangan Hatta, cara pandang demikian inilah yang disebut
sebagai “politik harga beras yang memakmurkan rakyat”. Menu-
rutnya, kenaikan harga output hasil produksi desa, teristimewa
padi dan beras, merupakan tiang dari politik-kemakmuran orang
desa, dimana dengan surplus kemakmuran itu perekonomian
desa akan dengan sendirinya membantu perkembangan pereko-
nomian kota. Menurut cara pandang ini, perekonomian desa yang
bertumpu pada sektor pertanian (atau agro-kompleks secara
umum) dianggap memainkan fungsi unik yang berbeda dengan
fungsi yang dimainkan perekonomian kota. Surplus ekonomi
yang terjadi di desa selalu akan merupakan faktor pendorong
bagi perkembangan perekonomian kota, tapi hubungan itu tidak
berlaku sebaliknya.
Kerangka penjelas yang lebih gamblang mengenai pemikiran
Mubyarto dan Hatta ini mungkin bisa diuraikan dengan memin-
jam hasil studi yang dilakukan oleh Cohen dan Zysman mengenai
struktur perekonomian Amerika Serikat. Dalam studi keduanya,
11
* Pada 1959 terjadi sanering uang yang kedua (0,1), dan 1965 terjadi sanering
uang untuk ketiga kalinya (0,001).
10 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi: Djalan Keekonomi dan
Pembangunan, Djilid Pertama (Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1960,
cetakan keenam), hal. 177-95.
11 Stephen S. Cohen dan John Zysman, Manufacturing Matters: The Myth
of the Post-Industrial Economy (New York : Basic Books, 1987). Ulasan yang baik
mengenai buku ini dibuat oleh Sritua Arief dalam tulisannya di Majalah Prospek,
No. 29/II, 2 Mei 1992. Tulisan itu dimuat lagi dalam Sritua Arief, Pemikiran
Pembangunan dan Kebijaksanaan Ekonomi (Jakarta: Lembaga Riset Pembangunan,
205