Page 247 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 247
Pemikiran Agraria Bulaksumur
mana ditulis oleh Majalah Tempo, Balai Senat UGM terasa agak
“kering”, karena hampir tidak ada karangan bunga sebagaimana
lazimnya menyertai upacara sejenis. Kenapa tidak ada karangan
bunga? Karena Mubyarto, yang punya hajat, memang terang-
terangan menolaknya. Melalui secarik kertas kecil yang disisipkan
pada surat undangan, ia menulis: “Kiranya fakir miskin dan lain-
lain tujuan kemanusiaan lebih memerlukannya”. Menurut Tempo,
Mubyarto adalah orang kedua setelah almarhum Prof. Notosu-
santo, SH yang menolak karangan bunga dalam upacara pengu-
kuhannya. 49
C. Ilmu Ekonomi dan Keadilan Sosial: Fondasi Etis
Pemikiran Mubyarto
“… tujuan yang berbeda tidak dapat dicapai hanya dengan mengubah
kebijaksanaan dan strategi, tetapi harus dengan cara mengubah teori-nya…
Tidakkah sudah tiba saatnya, ekonom Indonesia mulai mawas diri dan
mempertanyakan relevansi teori ekonomi Neoklasik Ortodoks sebagai ilmu
yang mendasari berbagai kebijaksanaan dan strategi ekonomi?” 50
Pidato pengukuhan sebagai guru besar lazimnya dapat
dianggap sebagai semacam pidato pertanggungjawaban kenapa
seseorang layak menduduki posisi terhormat tersebut. Ukuran
seberapa jauh tanggung jawab itu telah dipenuhi bisa disimak
dari topik yang disampaikannya. Secara sederhana, karena posisi
sebagai guru besar berhubungan dengan soal otorisasi keilmuan,
49 “Dikukuhkan Menjadi Guru Besar”, Tempo, op.cit. Lihat juga Apa dan
Siapa, op.cit.
50 Mubyarto, Gagasan dan Metoda Berpikir Tokoh-tokoh Besar Ekonomi dan
Penerapannya bagi Kemajuan Kemanusiaan (Yogyakarta: BPFE, 1979). Tulisan
ini merupakan pidato pengukuhan Mubyarto sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi
di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, diucapkan pada 19 Mei 1979.
228