Page 263 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 263

Pemikiran Agraria Bulaksumur
                menurut kepercayaan yang salah, mereka tidak memakannya. Dipandang
                perlu lebih mengintensifkan penyuluhan-penyuluhan tentang gizi. 76
                Mubyarto menganggap kesimpulan ini sangat bersifat
            monodisipliner, yang dalam hal ini hanya menyangkut tinjauan
            ilmu kedokteran semata. Agar kesimpulan tadi lebih bersifat
            mendalam dan bermanfaat bagi kegiatan penyuluhan, Mubyarto
            mengusulkan bahwa sebaiknya perlu dijelaskan kepercayaan apa
            yang dianggap salah oleh ilmu kedokteran itu. Penjelasan itu
            sangat diperlukan, karena pada masyarakat pedesaan umumnya
            terdapat bermacam-macam tradisi dan kepercayaan, yang
            meskipun sepintas lalu kelihatan tidak masuk akal, namun sebe-
            narnya memiliki sejenis penalaran di baliknya. Lebih jauh
            Mubyarto mengatakan bahwa penyuluhan yang efektif pada
            bidang gizi mestinya juga selalu mempertimbangkan apakah
            makanan sumber gizi yang diperlukan oleh penduduk itu tersedia
            secara lokal atau harus mendatangkan dari luar. Sampai di sini
            menjadi jelas kelihatan bahwa persoalan yang menyangkut
            kesehatan juga terkait dengan bidang-bidang lainnya, yaitu perta-
            nian, peternakan, dan ekonomi. Jika penduduk di desa bersang-
            kutan sangat miskin, misalnya, dan mereka menghasilkan
            komoditi bergizi tinggi, mungkin saja komoditi yang mereka
            hasilkan itu sebaiknya di jual ke pasar agar mereka bisa membeli
            sumber-sumber karbohidrat atau sumber-sumber gizi lainnya
            yang lebih mereka perlukan.  Dengan demikian, hubungan anta-
                                    77
            ra satu bidang dengan bidang lainnya menjadi lebih padu, tak
            lagi hanya sekadar kumpulan bidang yang berkumpul tapi tak
            saling bertegur sapa. Berangkat dari pengalaman semacam itulah



                76  Ibid.
                77  Ibid.

            244
   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268