Page 93 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 93
menyimpang dari ajaran nabi Muhammad SAW”. 66
Pendapat yang paling lunak menempatkan dekonstruksi ha-
nya sebagai semangat menuliskan ulang sejarah (dari konstruksi
yang telah ada). Pengertian yang demikian itu sebenarnya telah
terintegrasi dalam “spirit alamiah” disiplin ilmu (sejarah). Sejarah
dapat ditulis kembali ketika ditemukan bukti-bukti baru, per-
spektif dan paradigma baru sesuai zeitgeist dan kultuurgebun-
denheid-nya (sebagaimana Thomas Kuhn tentang the shifting of
paradigm). Sedangkan différance Derrida melihat bahwa “kata”
(sebagai ikonoklasi dari narasi realitas historis) ditandai oleh keti-
dakstabilan makna dan interpretasi lain. Makna itu selalu dalam
proses yang tidak baku dan permanen, demikian tafsir adalah
kegiatan tanpa batas yang lebih menyerupai permainan ketim-
67
bang analisis seperti lazimnya dipahami. Tafsir itu memiliki
dimensi urgensitas dan tantangan kekiniannya. Pemahaman
semacam ini tentu saja menggoyahkan prinsip-prinsip dasar
sejarah empirisistik dan positivistik.
7. Sejarawan Profesional versus Sejarawan Amatir
Abad ke-19 adalah masa dimana sejarah mengalami profe-
sionalisasi. Khususnya dalam pengalaman Jerman abad ke 19,
dilakukan proteksi sosial terhadap profesor-profesor untuk
melaksanakan pekerjaannya dengan sebuah pretensi kenetralan
66 Ibrahim Alfian, “Profesor Sartono Kartodirdjo dan Konstruksionisme,
serta Mengapa Kita Menolak Post-modernisme dalam Historiografi”, dalam
Nina Herlina Lubis, 80 tahun Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, Pelopor Sejarah In-
donesia, Bandung: Satya Historika, 2001, hlm. 1-6
67 Stuart Sim, Derrida dan Akhir Sejarah, Yogyakarta: Jendela, 2002, hlm.
26-27
74