Page 90 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 90

Membaca Ulang Sartono Kartodirdjo
               kembali suara mereka yang selama ini dibungkam atau disem-
               bunyikan.  Sejarah lisan dapat menghadirkan kembali subyek-
                       63
               subyek yang selama ini absen dalam narasi sejarah atau yang
               kemunculannya dilihat sebagai pesakitan belaka. Hal demikian
               memang sulit dilakukan. Peneliti sering menghadapi dua kendala
               krusial; pertama, cenderung menjalankan tugas sebagai psikiater
               yang sedang melakukan trauma healing, dan kedua, larut dalam
               suasana traumatisme, kesedihan, dan subyektifitas pelaku tanpa
               bisa mengungkap realitas faktawi berupa tragedi yang menimpa
               si pelaku.
                   Jenis sejarah lisan yang terakhir ini, yang umumnya lebih
               menyoroti akibat dari suatu peristiwa sebagaimana metode seja-
               rawan Piere Nora, tentu jauh dari jangkauan historiografi Sarto-
               noian yang lebih menekankan pada sebab-sebab peristiwa sejarah.
               Ia juga berbeda dengan proyek sejarah lisan ANRI atau Depar-
               temen Pendidikan dan Kebudayaan yang menempatkan negara
               sebagai fokus perhatiannya dan apa yang disebut sebagai “pelaku
               sejarah” sebagai atribut kenegaraan itu. Historiografi semacam
               inilah yang diharapkan mampu menjawab tantangan penulisan
               sejarah di negara-negara pasca rezim otoriter.

               5. “Mengapa Brutus Menikam Caesar?”

                   Cara pandang sejarah tradisional mengikuti cara pandang
               seperti yang dikenal melalui ucapan R. G. Collingwood; “ketika
               sejarawan bertanya ‘Mengapa Brutus menikam Caesar?’,  artinya
               adalah ‘Apa yang dipikirkan Brutus saat itu, sehingga mengaki-
               batkan ia menikam Caesar?’” Kata “apa yang dipikirkan” itu hen-
               dak membawa penjelasan ke arah “psikologi pribadi” semata,
               padahal bisa dibaca secara lebih luas sebagai kepentingan kelom-
               pok, perseteruan terselubung parlemen dsb.

                                                                    71
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95