Page 21 - Kisah-korupsi-kita-halaman-1-24
P. 21

ekonomi, lingkungan yang ditimbulkan oleh koruptor, yaitu nilai implisit
                  (opportunity cost) yang terjadi.
                     Di pihak lain, dengan kondisi hukum yang ada saat ini penghitungan
                  Jaksa Penuntut terkait kerugian negara yang ditimbulkan oleh  setiap
                  kasus korupsi  hanya memperhitungkan  besaran uang  yang  dikorupsi/
                  disalahgunakan/dinikmati  oleh terdakwa saja. Penghitungan ini belum
                  memasukkan biaya implisit (opportunity cost) maupun  multiplier
                  ekonomi yang hilang akibat alokasi sumber daya yang tidak tepat. KPK
                  pun  memandang  hukuman  finansial  (denda,  uang  pengganti,  ongkos
                  perkara) yang ada saat ini belumlah dapat memulihkan kerusakan yang
                  diakibatkan oleh tindak pidana korupsi yang terjadi.
                     Pradiptyo (2009)  melakukan  suatu  analisis  terhadap  hukuman
                  finansial (nilai eksplisit) yang dikenakan kepada para terpidana korupsi.
                  Dari data putusan MA, perbandingan biaya korupsi dan hukuman finansial
                  kasus korupsi  tahun  2001–2009  menunjukkan biaya eksplisit korupsi
                  mencapai  Rp58,81 triliun  (harga  berlaku)  atau  73,07 triliun  (harga  riil
                  2008). Di sisi lain, total hukuman finansial yang dituntutkan oleh Jaksa
                  hanya sekitar Rp23,55 triliun atau setara Rp32,41 triliun harga riil pada
                  tahun 2008 (hanya 40% dari biaya eksplisit korupsi). Dari jumlah tersebut,
                  ternyata hanya sekitar Rp4,34 triliun (harga berlaku) atau Rp5,35 triliun
                  (harga riil 2008) yang dijatuhkan hukuman final oleh hakim (hanya 7.3%
                  dari biaya eksplisit korupsi).
                  Tabel 3. Perbandingan Kerugian dan Hukuman Finansial
                                kepada Koruptor (Harga 2008)


                     Skala    Jumlah   Total Kerugian   Total     Total Hukuman
                    Korupsi   Pelaku      Keuangan    Hukuman     Finansial yang
                                           Negara      Finansial   dijatuhkan MA
                                                         yang
                                        (hasil hitungan   dituntut    (%)
                                          auditor)
                                                       Jaksa (%)
                      Gurem        22    Rp 108,40 Juta   1682.2%       1141.3%
                       Kecil      128       Rp 6,300 M   183.2%          401.1%
                    Medium        240       Rp 101,3 M   118.6%           88.9%
                       Besar      122       Rp 735,5 M    65.6%           49.4%
                      Kakap        30        Rp 72,2 T    44.0%            6.7%     Dampak atau
                       Total      542        Rp 73,1 T    44.4%            7.3%     kerugian dari
                  Sumber: Pradiptyo (2009)                                          korupsi bukan
                                                                                    semata­mata
                                                                                    pada uang
                     Dari data tersebut terlihat bahwa, terdapat 93% biaya eksplisit korupsi   yang dikorupsi,
                                                                                    melainkan juga
                  yang tidak dibebankan kepada terpidana korupsi. Pada akhirnya, negaralah
                                                                                    pada aspek sosial
                  yang harus menanggung 93% biaya eksplisit korupsi yang ditimbulkan.
                                                                                    lainnya.
                  Beban tanggungan negara akan berdampak pada meningkatnya besaran
                  pajak kepada masyarakat. Masyarakat akan menjadi pihak yang dirugikan
                                  ANATOMI KASUS-KASUS BESAR DALAM KAJIAN INTERDISIPLINER  13
   16   17   18   19   20   21   22   23   24