Page 156 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 156

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                       Dengan demikian, selain membangkitkan dan menumbuhkan
                semangat untuk mengembangkan kebudayaan, Yamin pada saat yang
                sama  menekankan  bahwa  pengembangan  kebudayaan  harus
                diarahkan  untuk  mewujudkan  persatuan  Indonesia,  dan  pada
                akhirnya  untuk  mewujudkan  suatu  bangsa  yang  besar  yang  dapat
                bersaing dengan negara-negara lain di Asia.
                       Setelah  Indonesia  merdeka,  peletakan  dasar  terhadap
                perkembangan  kebudayaan  menjadi  hal  yang  sangat  penting.  Para
                founding  fathers  Indonesia  telah  meletakkan  dasar  pengembangan
                kebudayaan  dalam  satu  pasal  UUD  1945,  yaitu  suatu  pasal  yang
                menetapkan  bahwa  pemerintah  memajukan  kebudayaan  nasional
                Indonesia.  Dalam  penjelasan  diuraikan  juga  bahwa  kebudayaan
                bangsa  adalah  kebudayaan  yang  timbul  sebagai  buah  usaha  budi
                rakyat  Indonesia  seluruhnya,  termasuk  kebudayaan  lama  dan  asli
                yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah
                di seluruh Indonesia. Untuk itu, usaha kebudayaan harus menuju ke
                arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak
                bahan-bahan      baru   dari   kebudayaan      asing   yang    dapat
                memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri,
                serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
                       Beranjak  dari  rumusan  Pasal  UUD  1945,  maka  para  pendiri
                bangsa berusaha untuk mengembangkan kebudayaan nasional yang
                sesuai  dengan  jati  diri  bangsa  Indonesia  sendiri.  Dalam  menyerap
                kebudayaan pada prinsipnya tidak boleh membeda-bedakan bangsa
                yang  satu  dengan  yang lain.  Untuk  itu  perlu  diperiksa  bahan-bahan
                kebudayaan  dari  seluruh  negeri  yang  berkebudayaan  tinggi,  serta
                membanding-bandingkannya,        dengan    tidak   mengikat     pada
                kebudayaan bangsa tertentu.
                       Berdasarkan  hal  itu,  maka  persetujuan  kebudayaan  antara
                Belanda  dan  Indonesia  di  KMB—di  mana  Yamin  terlibat  dalam
                perundingan  tersebut—memberikan  kewajiban  bagi  pengembangan
                kebudayaan  Indonesia  harus  sesuai  dengan  kebudayaan  Belanda
                sangat bertentangan dengan asas kebebasan dan kesukarelaan dalam
                pengembangan  kebudayaan  sebagai  bangsa  yang  merdeka.    Untuk
                itu, tanggapan Yamin terhadap isi persetujuan KMB di bidang



                144
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161