Page 157 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 157

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                kebudayaan  ini,  menganjurkan  agar  Uni  Indonesia  Belanda  harus
                dibubarkan karena akan mengikat dalam perkembangan kebudayaan
                Indonesia. Dalam perjanjian kebudayaan Indonesia Belanda ini Yamin
                menekankan bahwa dasar persetujuan kebudayaan adalah kerjasama
                yang  saling  menguntungkan  dan  kebebasan  sempurna,  sehingga
                masalah  kebudayaan  tidak  perlu  diatur  dalam  ikatan  Uni  Indonesia
                Belanda.
                       Untuk  itu,  Yamin  menyarankan  agar  segala  kepentingan
                kebudayaan seperti kebutuhan guru-besar, buku bacaan, buku-buku
                pelajaran  dan  penuntutan  benda  kebudayaan  akan  lebih  lancar
                apabila  diurus  sendiri  oleh  bangsa  Indonesia  dan  berjalan  di  luar
                ikatan  uni  Indonesia  Belanda.  Untuk  masalah-masalah  itu  cukup
                diatur secara insidental dan sesuai kebutuhan saja.
                       Sebagai    tindak    lanjut   dari   peletakan    dasar-dasar
                pengembangan  kebudayaan  tersebut,  maka  dilaksanakan  sejumkah
                kongres kebudayaan di beberapa tempat di Indonesia, yakni Kongres
                Kebudayaan tahun 1948 di Magelang, Konferensi Kebudayaan tahun
                1950  di  Jakarta,  Kongres  Kebudayan  di  Bandung  tahun  1951  dan
                kongres  Kebudayaan  di  Solo  tahun  1954.  Kongres  pertama  di
                Magelang tahun 1948, berhasil meletakkan dasar-dasar kebudayaan
                nasional.  Kongres  kedua  tahun  1951  mempersoalkan  sekitar
                kesusasteraan, hak cipta dan film, kritik seni, organisasi kebudayaan,
                dan kongres ketiga tahun 1954 adalah meneropong masalah-masalah
                pendidikan  kebudayaan  bagi  pelajar,  masyarakat  kota,  buruh,  dan
                     94
                tani.
                       Lepas  dari  berbagai  pendapat  tentang  kebudayaan  nasional,
                beberapa  pemikiran  yang  muncul  menunjukkan  bahwa  pada  masa
                awal  proklamasi,  pemikiran  tentang  kebudayaan  nasional  pada
                intinya  adalah  pengembangan  kebudayaan  yang  mencerminkan
                karakteristik  budaya  Indonesia.  Namun,  terhadap  kehidupan
                kebudayaan  yang  beraneka  macam  ini  harus  diberikan  keleluasaan
                untuk  hidup  secara  bebas  dan  terdesentralisasi,  sehingga  negara
                tidak  berhak  membunuh  pertumbuhan  kebudayaan  daerah.  Dalam
                kaitan ini, Yamin dalam Kongres Kebudayaan II menegaskan bahwa—
                dengan memperhatikan syarat-syarat peradaban nasional serta



                                                                                 145
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162