Page 90 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 90

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                Karim  Halim  (Padang),  Ali  Hasjmy  (Aceh),  Intojo  (Rangkas    Bitung),
                Aoh  K.  Hadimada  (Parakan  Salak),  Or.  Mandak  (Medan),  Selasih
                (Padang Panjang), Sutan Sjahrir (Bandaneira), Suwandhi (Yogyakarta),
                J.E. Tatengkeng (Ulu-Siau), AM. Tahir (Ujungpandang), dan beberapa
                tokoh  lainnya.  Bila  dilihat  nama-nama  tokoh  yang  mendominasi
                memang  kebanyakan  berasal  dari  Sumtera.  Namun,  tidak  bisa
                dipungkiri  juga  bahwa  pada  masa  itu  para  sastrawan  dari  penjuru
                Tanah  Air  mulai  membaur  satu.  Kebinekaan  sastra  Indonesia  kian
                terlihat  jelas.  Sejatinya  sastra  Indonesia  memang  bukan  saja  milik
                satu  golongan  suku atau  wilayah  tertentu  saja,  namun  milik  semua
                suku bangsa yang hidup diseluruh penjuru Nusantara.
                       Perjuangan  Sutan  Takdir  memang  tidak  selalu  mulus  dalam
                Pujangga  Baru.  Ia  besama  koleganya,  Amir  Hamzah,  banyak
                mencurahkan  tenaga,  fikiran,  dan  materi  demi  kelangsungan
                penerbitan  majalah  ini.  Keuntungan  dari  penerbitan  majalah  ini
                memang  terbilang  kecil.  Selain  itu  dari  sekitar  500  eksemplar  yang
                dicetak  yang  hanya  membayar  tetap  hanya  berkisar  150  orang.
                Semua  kekurangan  dan  kerugian  dari  penerbitan  majalah  tersebut
                sepenuhnya  ditanggung  Sutan  Takdir  dan  Amir  Hamzah.  Memang,
                Sutan  Takdir  dan  kawan-kawannya  tidak  melihat  hal  ini  sebagai
                media untuk mendulang keuntungan, tapi sebagai investasi cita-cita
                Sutan  Takdir  dan  kawan-kawannya.  Meski  mengalami  masalah
                finansial,  kehadiran  majalah  Pujangga  Baru  telah  memberikan
                pengaruh signifikan dalam perkambangan sastra Indonesia.

                       Pada  kisaran  tahun  1933  hingga  1942,  Pujangga  Baru  telah
                berhasil  mengangkat  isu-isu  kebudayaan,  persatuan  Indonesia,  dan
                isu  lain  yang  mewakili  nasionalisme  kebudayaan.  Gagasan  Sutan
                Takdir  dalam  Pujangga  Baru  ini  telah  memberi  pemahaman
                mengenai  perlunya  Indonesia  baru  di  masa  depan,  yang
                meninggalkan  masa  lalu  “pra-Indonesia”  yang  kian  usang  dimakan
                zaman. Konsep kebudayaan dan Identitas Indonesia mengemuka dan
                begeser  menjadi  sebuah  pemikiran  mengenai  nasionalisme
                kebudayaan.  Inilah  yang  kemudian  menjadi  sangat  penting  dari
                kehadiran Pujangga Baru dalam kancah kesusastraan Indonesia kala



                78
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95