Page 51 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 51

menunggu  tamu yang datang.  Waktu telah memaksa Sawitri memangkas
        harapan yang sempat dia semai. Besok harapan itu akan dia taburkan
        lagi.  Jalanan sepi dan gelap seperti hari-hari yang lalu dilalui Sawitri
        dengan langkah gontai, kehilangan  daya.


               Sambil menguap, langkah kakinya menyusuri  pekatnya malam.
        Angin dingin menerpa seakan ikut menemani kakinya melangkah pulang
        ke tempat kost di kaki bukit.  Namun kaki Sawitri mendadak berhenti
        ketika di persimpangan jalan matanya yang terlatih dalam gelap melihat
        langkah kaki seseorang.  Binar  mata yang sempat redup kembali dalam
        sekejap menandakan harapan mengalahkan keheranannya melihat laki-
        laki  melangkah  menuju bukit di malam menjelang dini hari. Seketika
        kantuk yang sempat menyapa hilang. Sambil berdiri menunggu tamu
        yang di nanti tiba dengan cekatan Sawitri merapikan bajunya, blouse
        warna merah mencolok dengan belahan dada rendah dan rok warna
        senada  di atas lutut. Tanganya mengambil  minyak parfum murahan
        dari dalam tas kecil, mengoleskan ke bagian-bagian tertentu tubuhnya.
        Bibirnya disapu lipstik merah, rambutnya tersisir rapi.
               Sawitri tersenyum  mengoda setelah batuk-batuk  kecilnya
        mampu  menarik  perhatian  laki-laki  yang  datang.  Dengan  senyum
        manisnya, tangannya menyentuh  lembut  tangan  kekar yang baru
        dikenalnya. Rupanya laki-laki itu mengerti isyarat yang diberikan Sawitri,
        dan  mengikuti    perempuan  yang  diyakini  cantik  berjalan  menuju  ke
        arah bukit di samping Sendang Ontrowulan yang berjarak  1 km dari
        tempatnya berdiri.  Sambil berangkulan kedua makluk berlainan jenis
        yang baru bertemu itu  berbisik-bisik. Sawitri  sempat tercekat   sejenak
        ketika mendengar suara laki-laki itu menanyakan tarifnya. Seakan Sawitri
        pernah  mengenalnya.  Bukankah  pelangganku  banyak?  Pasti  diantara
        mereka yang datang lagi, batin Sawitri. Ketika laki-laki itu mencoleknya,
        dia hanya  tertawa dan menjawab lirih ketika ditanya kesepakatan tarif.
        Dalam kondisi terjepit seperti ini berapapun harga yang akan dibayarkan,
        Sawitri tak peduli lagi. Dia benar-benar butuh uang untuk makan, bayar




        Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com      51
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56