Page 58 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 58
sekolah kami, siswa boleh mendalami salah satu alat music gamelan,
meskipun siswa diijinkan berganti alat musik agar bisa memainkan
semua gamelan.
Ruang karawitan masih sepi saat saya masuk, setelah menyimpan
tas di loker, saya mengambil penabuh bonang dan sesaat kemudian saya
sudah terlarut dalam irama lagu jawa “ lir ilir”.
Meskipun sudah berbulan-bulan tidak memainkan bonang,
tetapi tangan dan rasa saya masih kuat sehingga semua mengalir dengan
lancar. Dalam kesendirian saya larut dalam irama ketukan bonang yang
terasa lembut dan syahdu. Ketukan bonang mengalun dalam irama yang
teratur menebarkan sensasi tersendiri. Plok…plokk…plokkkk……..Saya
terkejut saat ketukan terakhir berhenti dan mendengar tepukan tangan.
Tanpa terasa ada yang hadir di sebelah saya sambil memperhatikan
keluwesan tangan saya yang menari-nari diatas logam bonang.
“Luar biasa, bagus sekali….”
Dengan wajah memerah karena malu, saya menatap sesosok
cowok keren yang sudah duduk di sebelah kanan saya. Saya memang
sudah biasa menerima pujian, tetapi pujian dari cowok yang selama ini
saya incar sungguh mengejutkan dan membuat malu.
“Halo, maaf menganggu.”
“Eh, nggak kok, santai saja. Lagian ini ruang umum kok, jadi
nggak masalah kalau ada orang lain di sini.” Saya berusaha santai untuk
menutupi debaran jantung yang tiba-tiba ingin meloncat keluar. Waduh,
ternyata setelah lama tak berjumpa, anak ini tambah keren ya, batin hati
saya.
“ Ehm, maaf, nama kamu siapa? “
Gubrak, saya seakan terhempas, sudah setahun lebih saya
memperhatikan dia, tetapi cowok ini ternyata sama sekali tidak tahu
saya. Bahkan mengenal nama saya saja tidak, apes benar, batin saya
kecut.Cowok ini pasti juga tidak tahu kalau saya kakak kelasnya karena
dia dengan enteng memanggil nama saya dengan sebutan kamu. Eit,
58 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com