Page 63 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 63

Di Antara Dua Hati


               Entah  sudah  berapakali  Aisyah  harus  menahan  rasa nyeri di
        dada. Tak terhitung lagi banyaknya  pertanyaan, sindiran, teguran baik
        secara halus  maupun  kasar.  Semua  sama, meragukan  kemampuan
        Aisyah untuk mendapatkan jodoh.  Setiap berkumpul dengan  keluarga
        besar  dan tetangga Aisyah hanya mampu menahan tangis saat semua
        kalimat-kalimat menyakitkan tidak mampu dia jawab. Hanya senyuman
        tipis yang dia tunjukkan untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan
        yang ada. Ya Alloh, berikan kesabaran pada hambaMu ini, pinta Aisyah
        selalu dalam do’nya. Apalagi saat mendapatkan undangan  akikah anak
        sahabatnya. Betapa hancur hati Aisyah karena  semua teman lama yang
        seusia  dirinya sudah berkeluarga,  bahkan mempunyai beberapa anak.
               “Bu, ada undangan.” kata Pak Min, office boy dikantor tempat
        Aisyah bekerja.
               “Tolong letakkan di meja, pak. Makasih ya,” jawab Aisyah  tak
        lepas dari layar laptop di mejanya.
               Aisyah beranjak dari kursinya dan  menimang selembar  kartu
        undangan ditangan.  Ada keraguan untuk membuka undangan itu.
        Hatinya berdesir nyeri mengingat undangan yang akan dia baca pasti
        hanya akan  menambah  kesedihannya saja.  Kapan  aku  bisa  membuat
        undangan seperti ini? Batinnya sedih.  Matanya luruh saat membaca
        surat undangan berwarna pink.  Bahkan Santi,  salah satu teman lama
        yang  senasib  dengan  dirinya,  merasakan    diolok-olok,  lama  menanti
        jodoh, sudah mendapatkan tambatan hati. Seminggu lagi mereka akan
        naik  pelaminan.  Duh,  Santi,  akhirnya  jodohmu  datang  juga.  Ada  rasa
        bahagia  merasakan kebahagaiaan  sahabatnya,  sekaligus  kesedihan.
        Sampai saat ini hanya dirinya yang belum juga bertemu  dengan belahan
        jiwa.  Sindiran perawan tua yang tidak laku-laku pasti akan kembali dia
        dengar.  Santi terpekur dalam diam. Mukanya dibenamkan dalam  jilbab
        birunya. Ya Alloh, rasanya saya sudah banyak intropeksi diri dan merubah
        sikap. Adakah yang masih kurang?  Apakah kali ini saya harus menyerah




        Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com      63
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68