Page 67 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 67
Harun diantar kedua orangtuanya dan pamannya saling mengenalkan diri.
Aisyah tidak berani untuk memandang tamu yang datang. Baru setelah
orangtuanya mengenalkan dirinya, dia berani menatap Harun dengan
malu-malu. Sekilas Aisyah bisa menilai, Harun lelaki yang ramah, santun
dan baik. Dari perbincangan dengan ayah dan paman, pengetahuan
tentang akidah juga bagus. Meskipun Aisyah belum merasakan getaran
di hati, tetapi dia bersedia untuk mengenal Harun lebih jauh lagi. Dia
berjanji dalam hati untuk mengikuti kemauan ayah dan ibu.
“…..tetapi satu hal yang perlu nak Aisyah ketahui. Harun saat
ini statusnya..” kalimat ayah Harun segaja tidak dilanjutkan. Wajahnya
memandang Aisyah, ayah, ibu, pakde dan bude bergantian. Ada beban
berat yang dirasakan.
Aisyah meremas tangan ibu, menghela nafas dan mencoba
untuk bersikap tenang. Ibu gelisah, tiba-tiba dia merasa kasihan dengan
Aisyah.
“Ma’af, pak,bu. Sebenarnya Harun sudah beristri.”
BLARR……
Jantung Aisyah seakan berhenti berdetak. Wajahnya pias.
Hatinya tiba-tiba terluka. Ditatapnya wajah pakde yang diam tak
bergeming. Secara tidak sadar Aisyah akan meluapkan emosinya. Tetapi
sedetik kemudian dia tersadar. Hatinya luruh dengan kepasrahan. Sambil
beristifhar, Aisyah menata hati agar lebih tenang dan sabar. Pasti ada
penjelasan yang belum selesai disampaikan, batinnya.
“Harun sudah menikah selama lima tahun, setelah selesai kuliah.
Hanya saja sejak setahun yang lalu, kami baru mengetahui kalau istrinya
ternyata tidak bisa mempunyai keturunan. Kami minta Harun untuk
menikah lagi. Dan baru kali ini Harun setuju untuk menikah dengan
Aisyah.” Jelas ayah Harun panjang lebar.
Ayah dan ibu menyerahkan keputusan kepada Aisyah. Keluarga
Harun pamit pulang setelah Aisyah dengan santun minta waktu untuk
berpikir dan bertemu dengan istri Harun.
Aisyah hanya bisa menangis saat dirinya sendirian di kamar. Tidak
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 67