Page 114 - Merawat NKRI Ala Kyai Muda.cdr
P. 114

Ahmad Irfan Al-Hafidz |  Menguatkan Tradisi Manakib Lewat Saung Hija’iyah


            ma’ah. Bahkan di kalangan santri-santri yang sedikit susah dia-
            tur, Irfan sangat dihormati dan disegani.


            Selepas dari Menes, Irfan merasa tidak puas dengan ilmu-ilmu
            yang sudah dikuasainya. Justeru selepas lulus dari MALNU, rasa
            penasaran Irfan untuk “menaklukan” al-Qur’an semakin kuat.
            Menurut pengakuannya, jika dirinya mendengar orang yang se-
            dang membaca al-Qur’an tanpa melihat teksnya, membuat hat-
            inya semakin bergetar dan penasaran. “Kok bisa, al-Qur’an yang
            sebegitu tebal, dan dipahaminya harus dengan ilmu tafsir, bisa
            dihafal oleh banyak orang? Kira-kira saya bisa gak menghafaln-
            ya?,” gumamnya penasaran.


            Itulah pertanyaan yang menggelayut dalam benaknya. Sehingga
            pada suatu hari keinginannya untuk menghafal Alqur’an sudah
            tidak bisa dibendung lagi. Irfan pun mengutarakan keinginann-
            ya tersebut pada ibunya. “Bu…, Irfan mau mondok Qur’an, ya
            Bu…?” pintanya kepada sang ibu, Hj. Humaedah.


            “Irfan tidak mau mondok alat? Atau pondok salafi lain?”Tanya
            ibunya.

            “Tidak, Bu. Irfan mau menghafal Qur’an dulu, setelah itu baru
            belajar ngaji kitab lagi” rengeknya kepada ibunya.


            “Baiklah, nanti ibu bilang bapakmu dulu, biar diberikan izin dan
            dikasih tahu pondok mana yang bagus buat kamu, ya Nak” ujar
            ibundanya.


            Setelah  mendengar  keinginan  kuat  dari  sang  anak,  sang  ibu
            menyampaikannya ke ayahnya, “Pak, Irfan katanya mau mon-
            dok Qur’an. Menurut Bapak, dimana pondok yang cocok untuk
            Irfan?”



            | 100
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119