Page 48 - Merawat NKRI Ala Kyai Muda.cdr
P. 48
Abdul Jalil | Dari Tukang Becak ke Wirausahawan Muda
adalah salah satu bagian dari salah satu jeruji, dan ibarat papan,
fiqh adalah salah satu titik kecil dari bagian papan”.
Dengan retorika yang menyulut jiwa, kami dan semua teman
terperanjat.Berbagai tanggapan teman-teman muncul reaktif,
melawan dengan keyakinan manfaat ilmu fiqh bagi kehidupan
umat, bahkan ada yang menghubungkan historis pendirian
Ma’had Aly sebagai penjaga umat.
Namun demikian ada pula yang patah hati, dengan gurau men-
gatakan untuk apa belajar di Ma’had Aly. Menanggapi respon
kami dan teman-teman, Jalil kemudian memulai mengurai peta
keilmuan dalam peta kehidupan. Ia mengatakan kebahagiaan
manusia dapat dipenuhi dengan berbagai ilmu; ekonomi, politik,
sosial, budaya, gender, HAM, dan lain sebagainya.
Setiap masalah, apapun bentuknya harus dilihat dari berbagai
sudut pandang, tidak cukup hanya legalitas fiqh.Jika hanya fiqh
yang ditonjolkan, maka hal itu mengulang tradisi bahtsul ma-
sail yang seringkali keputusannya hanya merujuk teks fiqh, tapi
di masyarakat berlaku hukum yang berbeda. Dengan demikian,
berfikir tentang suatu masalah jangan fiqh oriented, tetapi harus
komprehensif (menyeluruh).
Usai mondok di Situbondo tahun 1999, Abdul Jalil sempat ber-
gabung dengan LKiS Yogyakarta menjadi penulis, editor dan
peneliti di The Asia Foundation. Bersama Jadul Maula dkk, Jalil
berkenalan lebih dalam tentang dunia Sosial, dunia Non Gov-
ernment Organisation (NGO) dan Filsafat Barat. Melihat gelagat
Jalil menikmati dunia ‘luar’, Em. Nadjib Hassan, Ketua Yayasan
Menara sekaligus guru yang membimbingnya sejak MTs Qud-
siyyah, memanggilnya kembali ke Kudus untuk bersama-sama
mengembangkan Qudsiyyah.
| 34