Page 46 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 46

manusia menjadi modal utama sehingga muncul konsep manusia sebagai modal
        (human capital).
              Tenaga kerja yang terdidik dan terlatih dengan baik merupakan modal pokok
        yang sangat penting artinya dan sebagai elemen kunci keberhasilan, peningkatan
        daya  kompetisi  dan  kesejahteraan.  Menurut  Boutin  dkk.  (2009)  kesejahteraan
        ekonomi  dalam  ekonomi  global  sangat  bergantung  pada  pengembangan  dan
        perawatan  ketersediaan  tenaga  kerja  terdidik  terlatih.  Menjabarkan  perubahan
        tuntutan  dunia  kerja  Abad  XXI  berkaitan  dengan  perubahan  pola  kerja  dan
        kehidupan  bekerja  menurut  Billet  (2009)  ada  empat  hal  yang  perlu  diperhatikan
        yaitu: (1) jenis-jenis pekerjaan apa yang tersedia; (2) bagaimana setiap orang dapat
        berpartisipasi dalam pekerjaan tersebut; (3) kompetensi apa yang dibutuhkan dalam
        bekerja; (4) apakah mereka para pekerja dapat berpatisipasi dengan baik dalam
        kerja  tersebut.  Perubahan  jenis-jenis  pekerjaan  yang  tersedia,  sebaran  lokasi
        pekerjaan, dan kemampuaksesan pekerjaan terbayar juga berubah. Ketersediaan
        pekerjaan  baik  jenis  maupun  sebaran  lokasi  menjadi  variabel  penting  dalam
        pengembangan TVET. Ada tiga kemungkinan permasalahan antara ketersediaan
        lapangan kerja dan pekerja terampil. Pertama: ada keseimbangan dan kesesuaian
        antara  ketersediaan  lapangan  kerja  dengan  jumlah  dan  jenis  pekerja  terampil.
        Kedua:  ketersediaan  lapangan  kerja  lebih  sedikit  dari  jumlah  pekerja  terampil.
        Ketiga: ketersediaan lapangan kerja lebih banyak dari pekerja terampil.
              Keseimbangan  dan  kesesuaian  antara  lapangan  kerja  dan  jumlah  pencari
        kerja merupakan kondisi yang paling ideal. Artinya setiap tenaga kerja yang memiliki
        kualifikasi dan skill langsung memperoleh pekerjaan yang layak. Dalam praktiknya
        hal  ini  sulit  dicapai.  Kekurangan  lapangan  pekerjaan  dan  tersedianya  tenaga
        kerjaterlatih  yang  melimpah  mendorong  TVET  melakukan  perubahan  paradigma
        pendidikan  ke  arah  pendidikan  kewirausaha-an.  Pengembangan  kemampuan
        entrepreneur  merupakan  solusi  atas  masalah  kekurangan  lapangan  kerja.
        Kewirausahaan  terus  digalakkan  sebagai  kemampuan  pokok  yang  harus  dimiliki
        oleh tenaga kerja Abad XXI. Bagaimana TVET memfasilitasi masyarakat agar dapat
        bekerja dan memperoleh peluang-peluang karir bagi masa depan mereka bersama
        kehidupan keluarganya.
              TVET  mengukur  kebutuhan  job  dan  kompetensi  pekerjaan  lalu
        menterjemahkan menjadi kurikulum pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.
        Kemungkinan  lain  dimana  lapangan  pekerjaan  yang  tersedia  banyak  tidak  terisi
        tenaga kerja yang terampil. Kondisi semacam ini membutuhkan respons cepat dan
        tepat dari TVET. Abad XXI dengan kehidupan jejaring sosial, ekonomi, teknologi,
        budaya  global  berbasis  TIK  menyebabkan  batas-batas  negara  semakin  kabur
                                                                                       35
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51