Page 48 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 48
Masyarakat dunia semakin menyadari pembangunan ekonomi harus memberi
jaminan keberlangsungan hidup alam semesta dengan seluruh isinya.
Pembangunan berkelanjutan melalui TVET mendorong masuknya ‘green’
economies and ‘green’ societies dalam mewujudkan green job. TVET dalam konteks
fenomena “5I-E”, memiliki potensi dan peran sangat besar dalam mengembangkan
tenaga kerja ”marketable” dengan kemanfaatan melebihi ”sebagai alat produksi”
Finlay, Niven, & Young (1998). TVET tidak boleh mencetak tenaga kerja sebagai
robot, tukang, atau budak tetapi harus mampu memanusiakan manusia untuk
tumbuh secara alami dan demokratis dalam rumah planet bumi yang hijau dan
berbudaya. TVET merupakan bagian investasi sumberdaya manusia yang
membekali seseorang dengan kemampuan dan kualifikasi untuk bekerja secara
layak, memiliki penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, serta memiliki daya
saing dalam perubahan ekonomi global yang sangat pesat.
Di Abad XXI TVET juga harus mempunyai visi sustainable development
yaitu pembangunan yang meletakkan pola dimana sumber daya alam digunakan
untuk tujuan memenuhi kebutuhan manusia sekaligus memelihara lingkungan
sehingga kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi tidak hanya untuk saat ini tetapi
untuk masa depan yang tidak terbatas. Dengan demikian kedepan kompetensi yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup menjadi keharusan untuk dimiliki
oleh seorang calon tenaga kerja. Pemanfaatkan dan eksploitasi alam yang
berdampak pada kerusakan lingkungan sudah dijadikan bahan kajian dalam TVET.
Pengembangan TVET sebagai pendidikan dan pelatihan untuk dunia kerja tidak
boleh sampai merusak lingkungan alam dan mewariskan kerusakan pada generasi
selanjutnya.
Dunia ini bukan untuk satu generasi tetapi untuk generasi tidak terbatas.
Pemanfaatan energi tidak terbarukan semakin menjadi fokus diskusi sehingga
muncul pemikiran lebih kepada pemanfaatan energi terbarukan. Permasalahan
limbah industri dan rumah tangga juga merupakan masalah yang krusial. Kearifan
lokal di berbagai daerah di Indonesia dapat digunakan sebagai basis
pengembangan TVET untuk sustainable development. Kearifan lokal yang telah
lama teruji dan diakui keunggulannya digunakan sebagai dasar pengembangan
konsep TVET.
37