Page 4 - ‘AM, KHAS, MUTHLAQ DAN MUQAYYAD
P. 4
141 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 138 - 147
qarînah, yang menghilangkan Pada kebanyakan nash-nash yang
kemungkinan dikhususkannya didatangkan dengan sigat umum
dari petunjuk yang umum. tidak disertai qarînah sekalipun
Karena itu menurut hemat qarînah lafdziyah, ‘aqliyah atau
penulis, dilâlah ‘âm dalam ayat urfiyah yang menyatakan
di atas adalah bersifat qath’iy keumumannya atau kekhususnya.
dilâlah ‘ala umûm. Artinya, Contohnya QS. Al-Baqarah [2],
َْ
ْ
kedua contoh tersebut di atas 228: َ نْصَْبَرَتَي ُ تاَقلَطُملاو
َ
tidak ada kemungkinan untuknya ... ُ ُ ْ َ
ِ
ِ
bahwa yang dimaksud adalah ٍءوُرق َةَثلاَث َْ نهِسفنأب.
khusus. Kalimat al-muthallaqhât adalah
b. ‘Âm yurâdu bihi khusûs, yakni ‘âm makhsûs, ia tetap dalam
adanya lafaz ‘âm yang disertai keumumannya selama belum ada
qarînah yang menghilangkan arti dalil yang mengkhususkannya.
umumnya. Dan menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan am Dari sini dapat dipahami,
itu adalah sebagian dari bahwa perbedaan antara ‘âm yurâdu
satuannya. Misalnya lafaz al-nâs bihi khusûs dengan ‘âm makhsûs,
dalam firman Allah QS. Ali- terletak pada ada tidaknya qarînah
َْ
َْ
Imran [3], 97: سانلا ىَلَع ِ ِ لِلّو yang menyertainya atau yang
َ
ِ
menjelaskannya. Sehingga dapat
ْ
ِتْيَبلا ُٓجِح. dibedakan secara asasi antara
Kalimat al-nâs adalah ‘âm yakni keduanya.
seluruh manusia. Akan tetapi Demikianlah ketentuan-
yang dimaksudkan dengan ayat ketentuan umum yang diberikan
tersebut adalah khusus yaitu oleh para ulama ushul, namun di
orang-orang mukallaf saja. samping itu pula perlu diketahui
Karena menurut akal tidak bahwa dalam al-Quran ada beberapa
mungkin Tuhan mewajibkan haji ayat yang lafaz-lafaznya terikat
bagi orang-orang yang belum dengan kaidah-kaidah umum di atas,
dewasa atau orang-orang yang tetapi yang dimaksud adalah khusus.
tidak âqil. Petunjuk akal inilah Begitu pula sebaliknya, lafaznya
yang menjadi qarînah yang khusus tetapi maksudnya umum.
menghilangkan arti keumumnan kesemuanya ini dapat diketahui
ayat tersebut. dengan melihat kesesuaian konteks
c. ‘Âm makhsûs, artinya ‘âm yang pembicaraannya.
khusus untuk ‘âm atau ‘âm Dan sisi kepastian hukum
muthlaq. ‘Âm seperti ini tidak lafaz ‘âm, wajib diperpegangi atau
disertai dengan qarînah yang diamalkan, hingga ada dalil lain
menghilangkan kemungkinan yang menetapkan pentakhsisannya.
dikhususkan dan tidak disertai Karena diketahui mengamalkan
pula dengan qarînah yang nash-nash yang bersumber dari al-
menghilangkan keumumannya. Kitab dan sunnah hukumnya wajib