Page 102 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 102
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Belum banyak terungkap tentang perpindahan ibu kota Kedatuan Luwu
dari Patimang-Malangke ke Palopo setelah menjadi kerajaan Islam. Disebutkan
bahwa ketika Islam diterima di istana Luwu, saat itu Luwu berada di puncak
kejayaannya baik di bidang politik, sastra, dan ekonomi. Kedatuan Luwu
membangun kerja sama politik yang baik dengan Kerajaan Gowa-Tallo yang
merupakan kerajaan terkuat di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-17. Salah
satunya ditandai dengan adanya hubungan perkawinan antara Datu Luwu XV,
La Patiware Daeng Parabung, yang memerintah pada masa tersebut dengan
putri Kerajaan Gowa yang bernama Karaeng ri Balla Bugisika. Selain itu, terdapat
dugaan bahwa epik La Galigo yang dianggap sebagai karya sastra terpanjang
di dunia dikembangkan di istana Luwu pada masa Patimang-Malangke. Kisah
dalam epik tersebut memuat pengakuan politik tentang asal-mula kerajaan di
Sulawesi Selatan yang mengacu pada Luwu di seluruh semenanjung barat daya
Pulau Sulawesi. Pendapat itu didasarkan pada bukti arkeologis hasil penggalian
di Patimang-Malangke berupa tinggalan jejak bendawi kalangan bissu, pelaksana
upacara kebudayaan Galigo dan juga gambaran tentang tempat tinggal para
penguasa (Bulbeck, Prasetyo, dan Sumantri dalam Sumantri [ed.] 2006: 37).
Gambar 5.1
Masjid Tua Palopo
86