Page 103 - SEJARAH SOSIAL DAERAH KOTA BENGKULU
P. 103

kekuatan  hukum,  kecuali  apabila  ia  didaftar  secara  patut  di
                 muka seseorang yang berwenang.
                     Selain  penduduk yang terdiri atas orang-orang buangan dari
                 India  dan  manghiri  tersebut  ada  pula  semacam  manghiri  lain
                 yang  tidak  mengikatkan  dirinya  secara  bebas,  tetapi  mereka
                 betul-betul  adalah  budak  dimasukkan  ke  Kota  Fort  Marl-
                 borough  (Bengkulu) secara terselubung.  Kelompok  orang-orang
                 semacam  ini telah  dijual  dengan harga  empatpuluh lima sampai
                 limapuluh  ringgit  per orang, dan oleh para pembelinya mereka
                 didaftarkan  seolah-olah  sebagai  "manghiri". Tindakan terse but
                 sepenuhnya  berlawanan  dengan  peraturan  keras  untuk  me-
                . masukkan  budak-budak  (slaves)  ke  kota  tersebut,  karena
                 orang-orang  itu  tidak  dapat  lain  selain  diperlakukan  sebagai
                 budak-budak  belian.  Mereka  tidak  menikmati  harga  dirinya
                 yang  diperjualbelikan,  melainkan  para  penculik  mereka  yang
                 tidak  berperikemanusiaan itulah yang memperoleh keuntungan
                 besar.
                     Salah  seorang  dari  juragan  pengusaha  perkebunan  bangsa
                                                             4
                 Eropa  di  Bengkulu  bercerita  pada  Nahuysl  ),  bahwa  tahun
                 yang  silam  (1822) dia  mendaftarkan sejumlah tingapuluh orang
                 dari  Bali  seakan-akan manghiri.  Bahkan anak-anak yang miskin
                 yang  tidak  punya orang tua lagi  dan tidak berdaya, asalkan saja
                 · cara  pendaftarannya  benar,  maka  mereka  pun  dapat  juga
                 dijadikan  manghiri.  Secara  tidak  terasa,  maka  kanak-kanak
                 tersebut mengabdi sebagai  budak belian sampai mereka dewasa.
                 Akibatnya  telah  tertanam  semangat  budak  (slayen  geist  =
                 jiwa budak) dalam diri mereka, dan jiwa budak yang kerdil serta
                 licik  itu  selalu  berbeda seperti bumi dengan langit  dengan jiwa
                 besar a tau semangat ksatria (hehm geist = jiwa tuan).
                     Selain  para  manghiri  terdapat  pula  kelompok-kelompok
                 kecil  penduduk  pri~mi yang  secara bebas berkeliling mencari
                 upahan  harian  atau  bulanan bekerja pada tuan-tuan pengusaha


                 14)  Brieven van Bengkoelen  etc. kolonel Nahuys, Breda, 1827, p. 12.


                 94
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108