Page 68 - SEJARAH SOSIAL DAERAH KOTA BENGKULU
P. 68
ke-17) konstruksi dan bentuk bangunan sebagian rumah pen-
duduk mendapat pengaruh dan wajah baru.
Bagi anggota masyarakat yang status sosialnya lebih tinggi
(orang kaya, berpendidikan, memiliki pangkat jabatan dalam
pemerintahan atau dalam masyarakat) bangunan rumahnya
tentu lebih besar. memakai beranda dan ukir-ukiran tradisional,
bahkan ada yang menggunakan atap seng, tangga batu dan rel
dari bahan besi. Perhatikanlah kondisi rumah demang, asisten
demang, rumah pasirah dan lain-lain, tentu berlainan dengan
keadaan rumah orang-orang biasa.
Dusun atau sadei di daerah suku Rejang merupakan se-
kelompok penduduk dengan jumlah rumah minimal 25 buah.
Pada dasamya tiap sadei harus memenuhi persyaratan-per-
syaratan sebagai berikut:
I) Balai Uki; diketuai oleh patai. dengan tugas mengatur
pemerintahan.
2) Balai Tunggal; diketuai oleh ahli pedito dengan tugas
mengattir urusan pemujaan.
3) Balai Ilir; diketuai oleh ahli atau tuai bujang gadis dengan
tugas mengatur urusan kesenian.
Struktur rum ah suku Rejang terbagi atas 3 bagian, yaitu :
I) Penigo; ruangan atau tempat menerima tamu.
2) Penduhuak; kamar tempat menyimpan barang-barang/
pakaian dan kamar tidur.
3) Dapur dan gaang: tempat masak, berdiang dan tempat
alat-alat dapur serta tempat mencuci piring.
Penigo kemudian lebih rendah dari penduhuak. Penigo dan
dapur, tempat berkumpul dan ruang kerja anak menantu.
Rumah asli suku Rejang, jendela dan ventilasinya sangat kecil
(30 x 60 cm dan 30 x 30 cm) dengan bentuk bulat panjang.
Di daerah pesisir Bengkulu, denah dan bentuk bangunan
rumahnya hampir sama. Ada 8 atau sembilan ruangan yakni:
l) Beranda dan anak beranda;
2) Hall untuk ruang tamu lelaki;
3) Hal atau ruang tengah tempat tamu wanita;
59