Page 119 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 119
Watubela. Demikian juga ada persamaannya dengan kebu-
dayaan penduduk di pantai selatan dan barat daya Irian.
Kebudayaan yang terse bar di antara wilayah-wilayah itu adalah
kebudayaan Austronesia, Melanesia dan Polynesia. Di sekitar
abad ke-16 sampai abad 19 kebudayaan dart kerajaan-kerajaan
Islam Temate dan Tidore masuk pula ke wilayah ini. Selain itu
diperkirakan masuk pula unsur kebudayaan penduduk pulau
Banda dari Maluku Tengah yang berimigrasi ke sana pada abad
17-18, ketika penduduk daerah ini berpindah ke Kepulauan Key
dan Aru menghindari kekejaman voe di masa J.P. Coen.
Penduduk dart kepulauan Banda itu kemudian menetap di Elat
di pulau Kei Kecil yang kemudian disebut dengan Banda Eli.
Di antara tahun 1500 dan 1800, Kepulauan Maluku Tenggara
ini merupakan batas paling selatan dart Kesultanan Temate
dan Tidore sekaligus merupakan wilayah dari salah satu
kesultanan tersebut. Karena letaknya yang jauh dari pusat
kekuasaan induknya, maka sejak tahun-tahun tersebut Maluku
Tenggara mulai merupakan tempat-tempat yang diincar para
missionari Portugis dan Belanda untuk penyebaran agama
Kristen. (Paul Michael Taylor & L.V. Aragon : 1992). Proses
pembudayaan daerah ini walau tidak memperlihatkan
penekanan-penekanan tertentu namun berbagai unsur
kebudayaan yang masuk ke sana dan ciri-ciri fisik penduduknya
dapat mengungkapkan berbagai proses asimilasi penduduk
sekaligus kebudayaannya. Selanjutnya berbagai kebudayaan
juga masuk ke sana seiring dengan kedatangan suku-suku
bangsa pendukung kebudayaannya, seperti suku bangsa Bugis,
suku bangsa Makassar, dan suku bangsa Jawa. Kontak-kontak
kebudayaan tersebut telah meninggalkan wama dan corak-
corak tertentu pada kehidupan sosial budaya masyarakat
Maluku Tenggara.
5.2 Sistim Kesatuan Hidup
Berdasarkan uraian singkat di atas, penduduk Maluku
Tenggara yang dikenal sekarang tentulah rnerupakan
percarnpuran dart berbagai suku bangsa yang berrnigrasi ke
103