Page 124 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 124

Dewasa ini  sebagian  besar penduduk di  Wilayah  Maluku
             Tenggara beragama Kristen, tetapi organisasi sosial tradisional
             seperti  tersebut  di  atas  masih  dipertahankan.  Beberapa
            kelompok  masyarakat  di  Wilayah  Maluku  Tenggara yang
            mempunyai sistim patrilineal menurut Taylor &  Aragon masih
            mengadakan  perkawinan  asimetris  seperti juga di  beberapa
            wilayah NTB,  NTT dan daerah Tapanuli  (orang-orang Batak).
            Taylor dan Aragon menguraikan bahwa organisasi spiritual di
            Maluku  Tenggara  ini  sangat  bervariasi.  Diceritakan  bahwa
            dalam  proses  perkawinan  keluarga  pengantin pria  di  Pulau
            Luang, Leiti dan Babar tidak menyerahkan maskawin kepada
            istri. Sementara orang-orang Kisar dan juga Babar mempunyai
            sistim  matrilineal yang  indogamis,  berbeda  dengan  orang-
            orang di  Tanimbar.  Pola-pola  perkawinan  antara  tingkat-
            tingkat  sosial  yang  tertinggi  dan tertentu juga berbeda dari
            kelompok masyarakat  biasa.  Anggota  masyarakat  kelompok
            atas  biasanya sangat  mematuhi norma-norma ideal.  Norma-
            norma mana telah ada di dalam struktur masyarakat adat sejak
            zaman kuno yang kemudian mengalami perubahan-perubahan
            yang  perlu  setelah  masuknya  pengaruh  agama  Islam  dan
            kemudian  bangsa-bangsa  Eropa  dengan  pengaruh  agama
            Kristennya.  Masuknya  pengaruh-pengaruh  dan  nilai
            kebudayaan asing itu membawa perubahan pula dalam struktur
            masyarakat dan pemerintahan. Dalam ceritera rakyat setempat
            disebutkan  bahwa  telah  datang  ke  Kepulauan  Kei  seorang
            tokoh  ternama yang  dianggap  sebagai  nenek  moyang  para
            pemimpin sesudahnya.  Ia kemudian terkenal sebagai seorang
            raja dari negeri Ohoiwur  (Kei Besar) dengan nama Tabtut. Ia
            dianggap sebagai tokoh peletak hukum dasar yang mengatur
            ketertiban masyarakat.  Ia memperkenalkan  suatu peraturan
            dasar yang  disebut Hukum  LaTiJJul  Ngabal.  (Sejarah  Daerah
            Maluku: 1976/1977).

                Hukum  tersebut  berisi  norma-norma  yang  mengatur
            kesusilaan,  hak  milik,  soal-soal  kepercayaan,  kepemimpinan
            dan  soal-soal  kriminal  seperti  larangan  perzinahan,
            pembunuhan,  pencurian,  fitnah  dan sebagainya.  Selanjutnya
            dalam  hukum  tersebut  masyarakat  dibagi  dalam  golongan-



                                           108
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129