Page 123 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 123
ukiran kayu di rumah-rumah ibadah. (Taylor & Aragon, Ibid :
1992). Acapkali pertukaran juga dapat terjadi dalam suatu
upacara keagamaan antara suatu pulau dengan pulau lain yang
mempunyai hubungan persahabatan ataupun persekutuan.
Hubungan persahabatan antar pulau itu kemudian bisa
meningkat menjadi suatu persekutuan yang didalamnya
terdapat pula gabungan antar kelompok. Di dalam
persekutuan atau gabungan seperti itu menurut Taylor &
Aragon memberi peluang terjadinya pertukaran substansial
secara musiman. Dalam hubungan itu pula bukan saja benda-
benda perhiasan yang dipertahankan tetapi juga benda-benda
yang dikeramatkan (benda pusaka). Bahkan para pemuda
dapat memperoleh calon isteri dalam kesempatan tersebut
yang diikuti dengan hubungan perkawinan. Hal semacam ini
masih terdapat di pulau Leti dan Kei. (Tata cara adat orang
Leti, Naskah MF.57/L.l/4/A, Bundel Maluku (1), Pustaknas; Adat
istiadat di Pulau Kei, Naskah MF.66/L.I/5/A, Bundel Maluku
(2), Pustaknas).
Sistim kekerabatan yang dianut adalah patrilineal sehingga
dalam pergaulan kekerabatan (range of kindship of affiliation)
anak-anak lebih banyak bergaul dengan kerabat dari pihak
ayah. Berdasarkan sistim kekerabatan patrilineal m1
berkembanglah berbagai organisasi kesatuan hidup pada
masyarakat Maluku Tenggara. Di Pulau Kei misalnya
berkembang sistim kesatuan hidup yang dapat dilukiskan
sebagai berikut:
Rinrahan adalah keluarga-keluarga batih patrilineal.
Rahanyan adalah clan-clan yang terbentuk karena adanya
persatuan rinrahan.
Ohoiratut adalah organisasi/persekutuan, yang terbentuk
karena adanya penggabungan dari beberapa clan.
Lor atau Ur adalah kesatuan yang terbentuk karena
penggabungan dari beberapa Ohoiratut. (Sejarah
Daerah Maluku: 1976/1977).
107