Page 120 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 120
sana puluhan dan ratusan tahun yang lalu. Pada awal
perkembangan kebudayaan, ada manusia yang telah hidup di
gua-gua dalam kelompok-kelompok masyarakat kecil
yang dikenal dengan keluarga Batih. Keluarga Batih yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak, kemudian berkembang menjadi
masyarakat gua dan membentuk kelompok-kelompok tertentu.
(Kuncaraningrat: 1958).
Penemuan lukisan-lukisan di dinding gua di daerah Ohoider
di Pulau Kei menunjukkan perkembangan tingkat kebudayaan
masyarakat pada masa itu. Lukisan-lukisan di dinding gua
berupa gambar telapak tangan, bentuk-bentuk manusia,
perahu, binatang melata, ikan, burung dan berbagai simbol,
memberi kesan magis-religius. Namun gambar-gambar terse-
but pada dasarnya melukiskan situasi kehidupan manusia di
dunia nyata dan aktivitasnya. Kemudian penemuan kapak-
kapak batu berbentuk pacul atau cangkul menandakan
masyarakat di masa itu sudah mengenal pertanian sederhana.
Dalam perkembangan selanjutnya masyarakat mulai meng-
gunakan peralatan logam seperti besi dan perunggu. Dari
logam itu dibuatkan alat-alat seperti, tombak yang disebut
Jok, panah yang disebut Temar-Yubil, Lembing (=Nganga),
dan lain-lain.
Dengan menggunakan peralatan-peralatan sederhana itu,
penduduk di kepulauan Maluku Tenggara melakukan
aktivitas kebudayaannya secara bersama-sama dalam ikatan
kekeluargaan dan kehidupan yang familiar dan dalam suasana
keakraban dan kegotong-royongan. Mereka hidup dalam
kelompok-kelompok yang masing-masing mempunyai kegiatan
perekonomian tertentu dalam wilayah semacam desa. Di sini
ada lembaga pemerintahan yang dipimpin seorang kepala dan
beberapa pembantunya. Dalam perkembangan selanjutnya,
lembaga pemerintahan desa ini merupakan suatu badan yang
berbentuk raadschap dan dikepalai orang kaya. Ia merupakan
pemimpin atau kepala desa yang bersama-sama stafnya
bertanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. (Monografi Daerah Maluku : 1980).
104