Page 19 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 19

seperti  di  Sulawesi  atau  di  pulau Jawa.  Bagaimana kondisi
              wilayah ini pada beberapa abad yang lalu terutama pada masa-
              masa Emporium sampai masa Imperium, belum ada penelitian
              yang  mendalam  dan  akurat.  Akan  tetapi  dengan  adanya
              beberapa penulisan  dari  abad  ke  16--18  dapat  disimpulkan
              bahwa  tidak  banyak  perubahan yang  terjadi  atas  topografi
              kepulauan ini.  Kalau pun ada perubahan itu tidak berarti.  Di
              pulau-pulau yang  dapat  dikatakan  besar seperti Halmahera,
              Morotai, Obi, Taliabu, Seram, Buru, Aru dan Tanimbar adajuga
              dataran-dataran rendah yang relatif cukup luas.  Sedang pulau-
              pulau yang tidak  terlalu  luas  berfungsi  sebagai pelabuhan-
              pelabuhan transito, bahkan pemah berjaya sebagai bandar kecil
              maupun bandar dagang yang ramai di masa lalu.  Pulau-pulau
              Ternate,  Tidore,  Bacan,  Makian,  Sula,  Am~on, Saparua,
              Haruku,  Nusa  Laut,  Banda,  Kei,  Luang,  Babar,  Wetar,  dan
              Damar pemah tercatat sebagai pulau-pulau yang menghasilkan
              komoditi tertentu yang dibutuhkan manusia sampai di Eropa.

                  Deretan pulau-pulau  tersebut  kini  berada dalam  suatu
              wilayah  administrasi pemerintahan bemama Maluku  dengan
              persentase  hampir  90%  terdiri  dari lautan dan  10%  sisanya
              merupakan  daratan.  Rincian  mengenai  geografi  dan
              administrasi  akan  diuraikan  dalam  bab  III  dan IV  tentang
              masing-masing wilayah.


              1.2  Penduduk
                  Penduduk Maluku  dewasa ini  terdiri  atas  berbagai  suku
              bangsa Indonesia yang bermigrasi  ke  daerah ini  sejak  masa
              Kolonial. Bahkan bila dikaji lebih jauh ke belakang sejak masa
              Emporium dan di masa Imperium, telah banyak suku bangsa
              bahkan ras-ras dari berbagai negeri dan benua telah datang ke
              daerah  ini.  Pertemuan  antar  ras  dan  suku  bangsa  ini,
              kemungkinan  besar  telah  terjadi  percampuran  sehingga
              melahirkan keturunan-keturunan yang baru  dengan berbagai
              pola tingkah budayanya.  Hal ini seperti diutarakan Prof. EKM.
              Masinambow bahwa di beberapa kota sebagai pusat kegiatan
              ekonomi dan perdagangan meletakkan hubungan komunikasi



                                              4
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24