Page 23 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 23
Lautan yang luas menghasilkan berbagai jenis ikan yang
berlimpah dapat ditangkap dengan teknologi tradisional. Ikan
yang banyak itu dapat memenuhi kebutuhan penduduk, bahkan
dapat diperdagangkan antar pulau di Maluku dan juga kepada
pendatang dari luar daerah Maluku. Selain ikan, berbagai hasil
laut seperti teripang, kerang, Iola dan rumput laut (agar-agar)
juga diperdagangkan atau ditukarkan pada pedagang-pedagang
mancanegara. Bahkan sampai tiram mutiara dan biji mutiara
yang mempunyai nilai jual yang tinggi dalam perdagangan
maupun kebanggaan bagi yang memilikinya sudah menjadi
salah satu komoditi penting sejak dahulu sampai kini.
Hubungan yang dijalin dengan orang-orang Bugis,
Makassar, Buton, Jawa bahkan Cina dan Eropa adalah dalam
perdagangan rempah-rempah cengkeh dan pala serta burung-
burung yang indah. Ada juga wangi-wangian dari akar-akaran
dan kayu seperti kayu cendana dan gaharu. Dari perdagangan
rempah-rempah itu penduduk Maluku dapat membeli atau
menukarkan dengan bahan pakaian, sutera dan porselen atau
keramik. Pelabuhan-pelabuhan seperti Banda, Hitu dan Ter-
na te merupakan tempat penumpukan barang yang akan
didistribusikan ke daerah-daerah lain di Maluku dan sebaliknya
untuk mengangkut hasil dari Maluku untuk diperdagangkan ke
berbagai daerah di Nusantara bagian barat sampai ke Malaka.
Melalui hubungan dagang yang semakin meningkat dan lalu
lintas perdagangan yang semakin lancar, penduduk Maluku
mengenal berbagai konsep pengetahuan dalam bidang
perekonomian. Demikian juga mereka dapat mengenal nilai
barang dan mata uang sehingga kehidupan perekonomian
mereka relatif baik pada masa-masa emporium sampai dengan
masa imperium. Mata uang atau alat tukar yang digunakan
penduduk sangat bervariasi dan tergantung dengan siapa
transaksi diadakan. Sebelum masa emporium alat tukar yang
digunakan adalah berbagai kulit siput dan kerang yang dapat
dijadikan sebagai perhiasan wanita. Pendudukjuga melakukan
perdagangan cara barter, dengan para pedagang dari berbagai
wilayah di Nusantara atau mancanegara. Kemudian cengkeh
mereka dibeli dengan menggunakan mata uang oleh pedagang
8