Page 21 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 21

mengembangkan bentuk tari, musik dan kesusasteraan sebagai
              unsur  pemersatu  utamanya.  (Hildred  Geertz  :  1963).  Ciri
              kebudayaan  tersebut  masih  nampak  dewasa  ini  pada
             masyarakat  pantai yang  mayoritas  penduduknya beragama
             Islam.  Akan  tetapi  dengan  adanya  penghayatan terhadap
             ajaran Islam yang lebih mendalam,  perkembangan kesenian
             seperti tari dan musik cenderung mengalami keterlambatan.

                 Dalam hal perkembangan dan konsentrasi penduduk, pada
             beberapa  daerah  tertentu  mengalami  perkembangan/
             kepadatan  yang  lebih  cepat,  dibandingkan  dengan
             perkembangan wilayah hunian dan lahan pertanian. Oleh sebab
             itu sejak awal  kemerdekaan telah dikembangkan objek-objek
             transmigrasi  lokal  untuk  menanggulangi  perkembangan
             penduduk dan kepadatan penduduk pada suatu daerah atau
             desa tertentu.  Proyek ini  memang merupakan lanjutan dari
             pemindahan  penduduk  pada masa  Kolonia!  Belanda dulu.
             Pemindahan  penduduk  tersebut  serta  intensifikasi  sistem
             administrasi pemerintahan oleh pemerintah kolonial, bertujuan
             mengendorkan ikatan kesatuan sosial yang berlandaskan ikatan
             kekerabatan. Disamping ada juga upaya pemerintah di bidang
             kristenisasi (penyebaran agama).
                 Sebelum adanya upaya oleh pemerintah Belanda tersebut,
             konsentrasi  penduduk  di  Maluku  umumnya  dipisahkan
             menurut agama yang dianut (Islam dan Kristen).  Sehingga ada
             desa yang hampir seluruh pendudulmya beragama Islam dan
             demikian pula  ada desa yang hampir seluruh  penduduknya
             beragama Kristen.  Pertentangan  antara kedua  golongan  ini
             pernah  nampak  sampai  ke  permukaan karena  terpicu  oleh
             politik pemerintah kolonial,  baik Portugis  maupun Belanda.
             Akan tetapi dengan adanya sistem pela,  pertentangan antara
             kedua golongan dapat terbendung.  Bahkan sebalilmya tercipta
             hubungan yang  akrab  dan  kerjasama  yang  baik  atas  dasar
             kekerabatan  pela  tersebut.  Pela  adalah  suatu  lembaga
             kekerabatan yang terjalin  antara dua buah desa atau lebih yang
             dikukuhkan  secara adat  dalam suatu upacara.  Lembaga ini
             mempunyai  ikatan religius  magis  yang kuat  yang mengikat



                                             6
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26