Page 66 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 66

aristokrasi  lokal,  dan kemudian  berangsur-angsur menyebar
             juga  ke  pemukiman-pemukiman  lainnya  yang  memiliki
             kemampuan  dagang yang dapat  memikul  kemewahan  itu.
             Maka berangsur-angsur nampak perubahan pada lapisan atas
             lokal tersebut.  Kemewahan dalam berpakaian dan perumahan
             membedakan mereka  dari  penduduk  biasa pada umumnya.
             Agama Islam juga menyebar di kalangan mereka dan membuat
             mereka  setara  dengan  para  pedagang  asing  itu.  Dengan
             demikian  pola  budaya  yang  mulanya  hanya  terdapat  di
             kalangan  pemukiman asing di  kota-kota pelabuhan tertentu,
             menyebar ke  lapisan-lapisan elite  kerajaan dan menjadi ciri
             khas dari kerajaan-kerajaan yang bersangkutan. (Reid, 1988).

                 Proses ini agaknya terjadi juga di Maluku Utara, sekalipun
             belum dipelajari secara tuntas.  Dalam dokumen-dokumen VOC
             jelas  nampak  adanya  perbedaan  budaya  antara  penduduk
             pemukiman-pemukiman di  pesisir Halmahera yang  bercorak
             Islam dan penduduk pedalaman yang tidak tersentuh dengan
             kebudayaan  kaum  pedagang tersebut  di  atas.  Desa-desa di
             pesisir umumnya secara nominal bercorak Islam.  Setiap desa
             dilengkapi oleh rumah ibadah, dan para pejabat agama (bobato
             akherat) merupakan bagian penting dari elite negeri  (bobato).
             Pada umumnya para penguasa negeri  ditandai dengan jubah
             hitam serta  tutup  kepala  hitam atau destar ngongare  yang
             merupakan pemberian sultan sebagai tanda status kedudukan
             bobato.  Penduduk  pada  umumnya juga  berpakaian  yang
             terbuat  dari  aneka macam tekstil  yang  diimpor  atau  hasil
             produksi  kota-kota  kedaton.  Ini  membedakan  penduduk
             negeri-negeri  pesisir itu  dengan  penduduk pedalaman yang
             umumnya hanya bercawat.

                 Rumah-rumah di negeri-negeri pesisir pun berbeda dengan
             di pedalaman.  Di negeri-negeri pesisir rumah-rumah penduduk
             berdiri di atas tanah dan pada umumnya adalah rumah untuk
             satu keluarga.  Di  pedalaman rumah-rumah pada umumnya
             adalah rumah panjang untuk keluarga besar dan berdiri di atas
             tiang-tiang.  Perbedaan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa
             di pesisir budaya kaum pedagang telah merata, paling kurang



                                            50
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71