Page 71 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 71
umumnya tergolong bahasa Austronesia. Namun di masa
lampau wilayah Halmahera Timur tergolong dalam wilayah
kekuasaan kerajaan Tidore yang penduduknya menggunakan
bahasaNon-Austronesia. (Leirissa, 1996). Nampaknya pengaruh
keraton-keraton Maluku itu demikian besarnya sehingga
terjadilah percampuran atau perpaduan itu.
Bahasa-bahasa Austronesia di Halmahera timur yang
tergolong bahasa-bahasa Austronesian Phylum itu sama
dengan bahasa-bahasa yang digunakan di seluruh Indonesia
yang oleh para ahli bahasa sering dinamakan bahasa-bahasa
Malayo-Polinesia. (Grimes & Grimes, 1984). Kelompok bahasa
terakhir itu bisa dibagi tiga pula, yaitu kelompok Malayo-
Polinesia Barat, Tengah dan Timur. Bahasa-bahasa yang
termasuk kelompok Malayo-Polinesia Barat yang terdapat di
Indonesia bagian barat. Namun anehnya bahasa Melayu yang
digunakan di Maluku Utara sejak paling kurang abad ke-16,
termasuk kelompok bahasa Malayo-Polinesia Barat itu. Malayo-
Polinesia Tengah terutama terdapat di Maluku Tengah dan
Tenggara, sedangkan bahasa-bahasa Malayo-Polinesia Timur
terdapat di Halmahera Selatan dan Irian Barat serta Oseania.
Keadaan menjadi lebih rumit lagi karena, sekalipun
kelompok bahasa Malayo-Polinesia Tengah terutama terdapat
di Maluku Tengah dan Tenggara, namun di Maluku Utara
terdapat beberapa pulau dimana bahasanya termasuk dalam
kelompok ini pula, seperti di kepulauan Sula, Mangole, Taliabu,
dan di pulau Bacan. Sedangkan yang termasuk bahasa Malayo-
Polinesia Timur yang terdapat di Halmahera Selatan itu dapat
dibagi pula antara bahasa-bahasa Halmahera Barat Daya
(Gebe dan Makian Timur, Weda dan Sawai), Halmahera
Tenggara (Patani, Maba, Buli) dan di pulau Gebe. (Grimes &
Grimes, Zoe.cit.).
55