Page 70 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 70
3.3 Bahasa-babasa Lokal
Wilayah Maluku Utara merupakan suatu wilayah
kebahasaan yang memiliki ciri-ciri yang khas yang tidak
terdapat di wilayah lainnya di Nusantara. Sebab itu tidak
mengherankan kalau sejumlah ahli linguistik pernah
mengadakan penelitian yang mendalam atas struktur
kebahasaan wilayah ini.
Pada umumnya bahasa-bahasa di Nusantara ini tergolong
bahasa Austronesia. Keadaan di Maluku Utara pun demikian.
Tetapi disamping bahasa-bahasa yang tergolong Austronesia
itu terdapat pula bahasa-bahasa yang memillki ciri-ciri yang lain
samasekali sehingga disebut bahasa-bahasa Non-Austronesia.
Di Indonesia bahasa-bahasa yang tergolong Non-Austronesia
itu lebih banyak terdapat di sekitar Kepala Burung (Irian Jaya),
sehingga para ahli bahasa menamakan bahasa Non-Austronesia
yang terdapat di Indonesia itu sebagai bahasa Non-Austronesia
dari kelompok West Papua Phylum.
Kalau dikaji lebih teliti lagi maka temyata di antara bahasa-
bahasa West Papua Phylum itu terdapat perbedaan-perbedaan
yang penting. Pertama adalah jenis bahasa tersebut
yang terdapat di kalangan orang-orang Halmahera Utara
seperti yang digunakan di Sahu, Galela, Loloda, Tobelo, Pagu,
Modole dan Tobaru; termasuk di sini adalah bahasa-bahasa
di Kepulauan Temate, Tidore. Kedua adalah bahasa-bahasa
Non-Austronesia yang digunakan oleh penduduk pulau Makian
Barat yang jelas merupakan suatu variasi tersendiri pula.
(Voorhoeve, 1984).
Penduduk Halmahera Timur (Maba, Weda, Patani) temyata
menggunakan campuran dari bahasa-bahasa Austronesia
dan Non-Austronesia. Keadaan yang khas ini pemah dipelajari
oleh Prof. Masinambouw yang menyebutnya sebagai wilayah
"konvergensi bahasa" atau wilayah djmana terdapat
percampuran antara dua jenis bahasa. (E.M.K. Masinambouw,
1976). Bahasa yang digunakan penduduk di wilayah Halmahera
Timur, seperti di seluruh Maluku, ( dan seluruh Indonesia) pada
54 .