Page 101 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 101

“Semakin kamu keras kepala, semakin lama juga kamu
               akan tinggal di dunia ini,” kata Lelengkaa.

               “Jadi aku harus bagaimana?” tanyaku.

               “Aku akan mengajak kamu berkeliling melihat beberapa
               hal  di  kehidupan  orang-orang  ini,  agar  kamu  tahu  dan
               melihat dengan mata kepala kamu sendiri, mereka adalah
               orang-orang yang seperti apa. Pada akhirnya kamu harus
               menyampaikan  kesimpulan  terakhir  kamu  di  hadapan
               Puloru,  sebelum  ia  memutuskan  kamu  bisa  kembali  ke
               duniamu atau tidak,” kata Lelengkaa.

               “Puloru?” tanyaku lagi.

               “Iya, Puloru. Pohon besar di belakang perkampungan ini
               yang  memiliki  kekuatan  magis.  Ia  akan  menghukum
               setiap  makhluk  yang  berniat  jahat  di  dekatnya,”  jawab
               Lelengkaa.

               “Baiklah,  dari  mana  aku  harus  memulainya?”
               pertanyaanku  itu  langsung  disambut  dengan  Lelengkaa
               yang  bertengger  di  lututku.  Ia  mematukku  dengan
               paruhnya dan seketika kami berpindah tempat ke tepian
               danau.  Aku  tercengang  menyaksikan  dan  mengalami
               sendiri hal ajaib itu.

               “Kamu akan terbiasa,” kata Lelengkaa.

               Di hadapanku ada beberapa laki-laki dan perempuan yang
               sedang beraktifitas di dalam danau, mereka tampak sibuk
               melakukan  sesuatu.  Ada  laki-laki  yang  terlihat  sedang
               meletakkan  semacam  keranjang  dari  bambu  di  pinggir


                                                                    97
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106