Page 96 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 96

semacam  celana  puntung  kain  dan  seperti  kain  sarung
               yang melilit pinggangnya.

               “To  rae 126 ,”  kata  laki-laki  yang  terlihat  seusiaku  itu
               sambil memegangi rambutku.
               “Maksudnya  apa  ini?”  kataku  sambil  mendorong
               tangannya dari kepalaku.

               “Ungka  ri  saa 127 ?”  tanya  laki-laki  yang  lebih  tua  di
               dekatnya. Aku hanya bengong menatap mereka.

               “Yaku  to  Pamona   128 .  Komi 129 ?”  kata  laki-laki  itu
               berjongkok  di  dekatku  sehingga  pandangan  kami  jadi
               sejajar. Dia berusaha untuk berkomunikasi denganku.
               “Pa….palu….?”  perkataanku  berubah  menjadi  nada
               bertanya karena aku merasakan sesuatu yang tidak beres.
               Kalau ini bukan lelucon, mungkinkah….?

               “To  pompalu  si’a 130 ,”  kata  laki-laki  lainnya.  Mereka
               terlibat suatu percakapan sengit yang aku tidak mengerti
               sama sekali.

               “Ma’imo  lulu  tetoro 131 ,”  kata  laki-laki  yang  terlihat
               sepertinya  memimpin  mereka,  berdiri  dengan  semacam
               tombak di tangan kanannya. Ia melihatku sepintas, lalu



               126  Orang asing
               127  Dari mana
               128  Saya orang Pamona
               129  Kamu
               130  Dia orang (ahli) pandai besi
               131  Mari ikut pulang

                                                                    92
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101