Page 91 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 91

mampu menyatukan kita semua, kita yang berbeda-beda,
               menjadi satu karena pengaruh musik. Sebelum aku akhiri,
               izinkan  aku  mengatakan  sesuatu  untuk  kita  semua  di
               ruangan  ini,”  kataku  sambil  menghela  napas  sejenak.
               “Setiap  kebudayaan  memiliki  cerita,  keunikan  dan
               keistimewaannya  sendiri-sendiri.  Adalah  tugas  kita
               bersama untuk tidak melupakan cerita-cerita seperti ini,
               agar kelak tetap dapat diteruskan ke generasi selanjutnya,
               untuk mengingatkan, kearifan sesungguhnya tidak dilihat
               sekedar dari pergantian zaman, tetapi dari cara hidup dan
               filosofi  kehidupan  masyarakatnya,”  kataku  mengakhiri
               presentasi di depan kelas, yang seketika disambut tepuk
               tangan dari semuanya.

               “Terima  kasih  untuk  presentasinya,  Julius,”  kata  ibu
               Mintje. “Kita akan bertemu lagi minggu depan sebelum
               ujian semester.”

               Aku kembali ke bangku tempatku duduk, lalu bel tiba-tiba
               berbunyi, tanda berakhirnya jam mata kuliah ini. Semua
               orang tampak mulai sibuk berkemas dan pulang. Minggu
               depan, kataku dalam hati. Kita akan bertemu lagi minggu
               depan,  jelang  ujian  semester.  Semoga  apa  yang
               kusampaikan  hari  ini  di  presentasiku  menjadi  sesuatu
               yang  membekas  di  ingatan  mereka.  Aku  melangkah
               keluar meninggalkan ruangan itu.








                                                                    87
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96