Page 86 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 86
“Njau angga 114 di hutan dekat tepian sungai,” kata Reme
keesokan paginya kepada Wuya, ketika perasaannya
sudah lebih tenang. Wuya sempat tertawa mendengarkan
perkataan Reme. Lalu dikecupnya pipi suaminya itu.
“Masa sih ndongaku tau pa’u iku 115 ,” kata Wuya
mengejek. Reme tersipu malu mendengarnya. Sebagai
seorang lelaki, tak seharusnya ia bereaksi demikian.
Apalagi ia teringat niatnya yang sudah bulat untuk
membuat kobati dengan tangannya sendiri.
Maka keesokan harinya, Reme kembali ke tempat itu,
melawan rasa takutnya.
“Maloka! ee, tumai angga 116 ,” teriak Reme di tempat
tersebut. Tapi tak ada suara yang menjawab selain suara
serangga atau burung di hutan, atau riak air di sungai yang
kemungkinan dipicu oleh ikan dan sogili yang sedang
asyik berenang di situ. Reme menemukan tali yang sama
114 Ada hantu
115 Orang penakut
116 Hai! Kemari kamu hantu.
82