Page 89 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 89
dihasilkan malah semakin kuat dan nyaring. Wuya
menatapnya dengan takjub.
“Geso 119 , ndongaku,” kata Wuya kepada Reme.
“Kita sebut saja geso-geso,” kata Reme yang dibalas
senyuman oleh Wuya.
Geso-geso, sumber foto: https://www.silontong.com/2018/10/17/alat-
musik-tradisional-sulawesi-tengah/
Berhari-hari kemudian, Reme berusaha menepati janjinya
untuk membuat kobati, sambil ia juga menyempurnakan
geso-geso, alat musik temuannya tersebut. Sebulan
setelah putri mereka lahir, Reme mulai lupa tentang geso-
geso dan sibuk bergantian dengan Wuya merawat bayi
mereka tersebut. Hingga pada suatu malam, bayi mereka
menangis tanpa henti. Apa pun yang dilakukan oleh
Wuya, menggendong dan memberinya susu, tetap saja
tidak mempan. Reme teringat pada geso-geso yang
diletakkannya di kamar itu. Ia bersiap memainkan alat
musik tersebut dengan sedikit gugup. Alunan nada dari
119 Bergerak kesana kemari sambil duduk.
85