Page 90 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 90
gesekan pada awalnya terdengar tidak beraturan, tetapi
perlahan menjadi semakin nyaring dan merdu. Bayi
mereka mulai berhenti menangis dan terlihat menikmati
suara yang didengarnya. Sambil bergumam, Wuya
mengikuti irama gesekan yang dibuat oleh Reme. Tanpa
disadarinya, Wuya bersuara, mendendangkan lirik untuk
putrinya.
“Se’i anaku 120 , ongaaku, nawiamo witinya 121 . Kayoremo
anaku 122 , naile inemu marondai motongko 123 ,” nyanyian
Wuya mengiringi gesekan alat musik Reme. Keduanya
tersenyum saling memandang bahagia. Sejak saat itu,
geso-geso mulai populer di kalangan warga dan
berkembang sebagai salah satu alat musik yang digunakan
setiap ada perayaan atau sekedar sebagai hiburan….
*
“….aku sengaja memilih cerita ini sebagai referensi
tentang alat musik tradisional daerah yang tidak kalah
menarik untuk dibahas selain alat musik dari peradaban
maupun kebudayaan bangsa lainnya. Dalam banyak hal,
tradisi tutur tentang sejarah, dongeng, mitos, dan kearifan
lokal kerap dilupakan, semua karena pengaruh kemajuan
zaman. Terlepas dari mistisisme atau perbedaan konsep
tentang asal mula diciptakannya alat-alat musik yang kita
kenal sekarang, kita hanya patut mensyukuri, musik telah
120 Ini anakku,
121 anakku sudah mulai melangkahkan kakinya
122 tidurlah anakku,
123 Besok ibumu temani bermain
86