Page 85 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 85
Wuya mencapai tujuh bulan, Reme akhirnya memutuskan
untuk pergi ke hutan di dekat perkampungannya untuk
mengumpulkan bahan kobati.
“Asanya setu 112 untuk anaku 113 ,” kata Reme
memantapkan langkah kakinya keluar dari rumah.
Melewati hutan, ia melihat banyak pohon enau yang bisa
diambil pelepahnya untuk bahan membuat kobati. Saat ia
mencoba mendekati pohon enau yang diincarnya, kakinya
terkait pada jalinan serabut pepohonan yang menyerupai
tali. Diayunkannya kakinya dengan lebar, tetapi tali itu
tidak kunjung putus. Ketika ditariknya dengan keras, tali
itu tidak sengaja tergesek pada sebuah benda dan
menimbulkan bunyi yang unik. Mengira itu adalah suara
makhluk gaib penghuni hutan, ia sontak lari pulang ke
rumahnya. Wuya yang berada di rumah, keheranan
melihat Reme muncul dengan wajah yang pucat dan tidak
dapat berkata-kata.
dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 700 meter di atas
permukaan laut. Pada wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat
membentuk kebun atau hutan sagu yang luas. Rumbia berbunga dan
berbuah sekali (monocarpic) dan sudah itu mati. Karangan bunganya
bentuk tongkol, panjang hingga 5 meter dan berbau tidak sedap.
Daunnya dapat diolah menjadi atap rumah, tikar yang biasa disebut
kajang, empulur batang menghasilkan tepung sagu untuk makanan
dan kue, dll.
112 Yang terbaik itu
113 Anakku
81