Page 104 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 104

“Danau ini sudah memberikan mereka salah satu sumber
               makanan  utama,  menjadi  jantung  kehidupan  hutan  dan
               sekitarnya yang menyatukan sungai-sungai yang berbeda
               dari berbagai penjuru sebelum berakhir di lautan nan luas.
               Itu  sebabnya,  masyarakat  sangat  takut  ketika  air  danau
               meluap. Bagi mereka itu adalah ungkapan kemarahan dari
               Yang  Maha  Kuasa,  dikarenakan  sebuah  kesalahan  atau
               kelalaian  mereka  dalam  menjalankan  hidup,”  kata
               Lelengkaa.

               “Jadi  maksudnya,  masyarakat  ini  telah  memahami  arti
               hidup selaras dengan alam, menghargai satu dengan yang
               lainnya?” tanyaku.

               “Aku baru mau memberitahu kamu kalau ikan tangkapan
               mereka  itu  justru  dibagi  sama  rata,  dan  tidak  pernah
               ditangkap secara berlebihan. Mereka hanya menangkap
               ikan  secukupnya,  sesuai  kebutuhan  mereka  makan  satu
               atau hingga dua hari ke depan,” terang Lelengkaa.

               “Orang-orang  di  zaman  sekarang  tidak  akan  pernah
               melakukan hal seperti itu,” kataku.
               “Perubahan  zaman  juga  ikut  mengubah  karakter  orang.
               Tetapi kita semua masih punya semangat itu di dalam diri
               kita,” kata Lelengkaa.

               “Itu? Itu apa?” tanyaku.

               “Sintuwu Maroso,” jawab Lelengkaa.

               “Aku  sering  mendengarnya  tetapi  tidak  paham  apa
               maknanya,” kataku.


                                                                   100
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109