Page 109 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 109
“Gugus bintang Kartika? Seingatku di buku astronomi itu
mengacu pada Pleiades atau gugus bintang terbuka di rasi
bintang Taurus, yang paling terang bisa dilihat dengan
mata telanjang dan salah satu yang terdekat dengan bumi.
Terdiri dari 7 bintang utama bercahaya biru terang, yang
terbenam bersamaan dengan terbitnya fajar. Di Jawa ia
disebut Lintang Wuluh, di Yunani disebut Pleiades, di
Arab dikenal sebagai Tsurayya, di Babilonia dikenal
sebagai Mulmul, di Cina dikenal sebagai Mao, di Jepang
sebagai Subaru….” Perkataanku terhenti sejenak.
Lelengkaa mengerti bahwa aku ingin mendengarnya
menyelesaikan cerita tentang mengamati gugus bintang.
“Orang-orang sini meyakini kalau dulu gugus bintang
Kartika itu adalah seekor ayam jantan yang memuntahkan
beras dari paruhnya, sehingga tuannya tidak usah
bersusah payah mencari makanan. Sayangnya, Lise,
setengah dewi setengah manusia, selalu berikhtiar
mendatangkan bencana kepada manusia, malah memukul
ayam itu dengan alunya, hanya karena sebuah insiden di
mana si ayam mematuk biji-biji beras miliknya. Ayam
jantan yang sakti ini tidak mau lagi tinggal bersama
manusia dan kembali ke langit sebagai bintang. Karena
belas kasihan pada tuannya yang baik, ia berpesan agar
tuannya selalu memperhatikan gerak geriknya di langit
sebagai petunjuk untuk tahu kapan padi yang ditanam
oleh tuannya tersebut dapat tumbuh subur. Apabila ia
gelisah, posisinya bergerak naik turun, itu pertanda padi
tidak akan tumbuh subur sehingga bukan saat yang tepat
untuk mulai menanam; sebaliknya bila ia tenang, maka itu
105